Sahabat Semangat Inspirasi, kali ini saya akan memberikan contoh makalah tentang manajemen pendidikan sekolah. Manajemen Pendidikan sekolah ini selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan saduran dalam pembuatan makalah tentang manajemen pada umumnya. Selain itu makalah tentang manajemen pendidikan sekolah ini dapat meningkatkan konsep berfikir dalam pembuatan makalah manajemen, baik itu makalah manajemen pendidikan, manajemen organisasi, manjemen pemesaran, manajemen ESDM, dana makalah manajemen lainnya. Makalah tentang Manajemen pendidikan sekolah ini juga dapat menjadi kerangka berfikir ilmiah dalam pengembangan konsep manajemen pendidikan sekolah dan ilmu manajemen serta ilmu sosial pada umumnya. Semoga makalah tentang manajemen pendidikan sekolah ini dapat bermanfaat.
Manajemen pendidikan Sekolah
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen sekolah merupakan faktor yang terpenting dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang
keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out put), oleh karena itu
dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir “sistem” artinya dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti:
guru-guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak
didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh
kebijakan dan kinerja pimpinan.
Tantangan lembaga pendidikan (sekolah) adalah mengejar ketinggalan
artinya kompetisi dalam meraih prestasi terlebih dalam menghadapi
persaingan global, terutama dari Sekolah Menengah Kejuruan dimana
tamatan telah memperoleh bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan
sebagai tenaga professional tingkat menengah hal ini sesuai dengan
tuntunan Kurikulum SMK 2004.
Tantangan ini akan dapat teratasi bila pengaruh kepemimpinen sekolah
terkonsentrasi pada pencapaian sasaran dimaksud. Pengaruh kepemimpinan
Kepala Sekolah disamping mengejar ketinggalan untuk mengatasi tantangan
tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan: Ciptakan keterbukaan
dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Ciptakan iklim
kerja yang menyenangkan Berikan pengakuan dan penghargaan bagi personil
yang berprestasi Tunjukan keteladanan Terapkan fungsi-fungsi manajemen
dalam proses penyelenggaraan pendidikan, seperti:
PerencanaanPengorganisasian Penentuan staff atas dasar kemampuan,
kesanggupan dan kemauan Berikan bimbingan dan pembinaan kearah yang
menuju kepada pencapaian tujuan Adalah kontrol terhadap semua kegiatan
penyimpangan sekecil apapun dapat ditemukan sehingga cepat teratasi
Adakan penilaian terhadap semua program untuk mengukurkeberhasilan serta
menemukan cara untuk mengatasi kegagalan.
B. MASALAH
• Bagai manakah manajemen pendidikan sekolah ?
• Apa makna dari manajemen pendidikan sekolah. ?
• Apa sajakah ruang limgkup manajemen sekolah ?
C. TUJUAN
Tujuan pembahasan makalah ini untuk mengetahui apasaja ruang lingkup dari manajemen pendidikan sekolah
D. BATASAN MASALAH
Berdasarkan platabelakang masalah maka makalah ini hanya membahas tentang
manajemen pendidikan sekolah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Manajemen Sekolah
Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan
inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang
tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan
istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang
menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi
pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan
keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang
sama.
Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum
tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M.
Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf
Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa :
“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi
dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan
(planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan
mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah
kegiatan yang berkesinambungan”.
Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa:
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan”.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan
pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi
pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan
memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa
“administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan
proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan
pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan
tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam,
baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara
esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen
pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan;
(2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3)
manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
B. Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan.
Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada
fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini,
H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai
berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning (perencanaan);(2) organizing (pengorganisasian);
(3) actuating (pelaksanaan); dan
(4) controlling (pengawasan).
Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) commanding (pengaturan);
(4) coordinating (pengkoordinasian); dan
(5) controlling (pengawasan).
Sementara itu, Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan); dan
(5) controlling (pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan);
(5) coordinating (pengkoordinasian);
(6) reporting (pelaporan); dan
(7) budgeting (penganggaran).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di
bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam
perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry,
meliputi :
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang
akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984)
bahwa: planning may be defined as the proses by which manager set
objective, asses the future, and develop course of action designed to
accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan bahwa :
“ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan
organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program,
prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi
setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan
dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko
mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan:
• Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan;
• Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;
• Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
• Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
• Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;
• Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi
• Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
• Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
• Menghemat waktu, usaha dan dana.
Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :
1. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a)
menggunakan kata-kata yang sederhana, (b) mempunyai sifat fleksibel, (c)
mempunyai sifat stabilitas, (d) ada dalam perimbangan sumber daya, dan
(e) meliputi semua tindakan yang diperlukan.
2. Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
3. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu :
• Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
• Merumuskan keadaan saat ini;
• Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
• Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996)
mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan
yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat
dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan
penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana
strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan
kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi
jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana
kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan
jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan
strategis.
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan
dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit
diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat,
pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan
lingkungan eksternal lainnya.
Pada bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang
langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
1. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang
misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan
tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh
nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup
masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti
macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian
perusahaan.
2. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal
dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk
mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas
dan kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil
perusahaan menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan
kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi
strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang.
3. Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi
cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat
mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu
mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar
organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga
keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara
langsung operasi perusahaan.
Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam
konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini
dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat
persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang
menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga
membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas
pendidikan itu sendiri.
2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George
R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang,
sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh
kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi
lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian :
“… as the act of planning and implementing organization structure. It
is the process of arranging people and physical resources to carry out
plans and acommplishment organizational obtective”.
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada
dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah
dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus
jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan
beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi
harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan
pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (e)
organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus
fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga
langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b)
pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik
dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan
suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi
kesatuan yang terpadu dan harmonis.
3. Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan
dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak
proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan
pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam
organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating
merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa
hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran
perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena
para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan
upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui
berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan
tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini
adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu
jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa
pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang
dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau
mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang
bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut
harmonis.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah
pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan
efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone
dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai :
“… the process by which manager determine wether actual operation are
consistent with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani
Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat
unsur esensial proses pengawasan, bahwa : “Pengawasan manajemen adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan
tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk
mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi
penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan
yang diperlukan untuk mengatasinya.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu :
• Penetapan standar pelaksanaan;
• Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
• Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
• Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan
• Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait
mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang
disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen
sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat
tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan
memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan
suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah
kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa
didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan
kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan
pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki
perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan
efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk
selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara
berkelanjutan.
C. Bidang Kegiatan Pendidikan
Berbicara tentang kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa pandangan
dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah
garapan manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya
ke dalam tiga bidang garapan yaitu :
1. Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang
materi/ benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi
keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
2. Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal
guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah
kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang
sangat penting.
3. Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan
sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan
dan sebagainya.
Hal serupa dikemukakan pula oleh M. Rifa’i (1980) bahwa bidang-bidang administrasi pendidikan terdiri dari :
1. Bidang kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut kurikulum, metode dan cara mengajar, evaluasi dan sebagainya.
2. Bidang personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar, yang
mengajar, dan personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar
mengajar.
3. Bidang alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk
melancarkan siatuasi belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan
pendidikan sebaik-baiknya.
Sementara itu, Thomas J. Sergiovani sebagimana dikutip oleh Uhar
Suharsaputra (2002) mengemukakan delapan bidang administrasi pendidikan,
mencakup : (1) instruction and curriculum development; (2) pupil
personnel; (3) community school leadership; (4) staff personnel; (5)
school plant; (6) school trasportation; (7) organization and structure
dan (8) School finance and business management.
Di lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999)
telah menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya
mengetengahkan bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan, meliputi:
(1) manajemen kurikulum; (2) manajemen personalia; (3) manajemen
kesiswaan; (4) manajemen keuangan; (5) manajemen perawatan preventif
sarana dan prasarana sekolah.
Dari beberapa pendapat di atas, agaknya yang perlu digarisbawahi yaitu
mengenai bidang administrasi pendidikan yang dikemukakan oleh Thomas J.
Sergiovani. Dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, pandangan
Thomas J. Sergiovani kiranya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan,
terutama dalam bidang school transportation dan business management.
Dengan alasan tertentu, kebijakan umum pendidikan nasional belum dapat
menjangkau ke arah sana. Kendati demikian, dalam kerangka peningkatkan
mutu pendidikan, ke depannya pemikiran ini sangat menarik untuk
diterapkan menjadi kebijakan pendidikan di Indonesia.
BAB III
PANALISA
MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH
Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas
dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara
ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang
mencakup :
A. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah.
Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian
tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus
menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di
sekolah dilakukan melalui empat tahap :
• Perencanaan;
• Pengorganisasian dan koordinasi;
• Pelaksanaan; dan
• Pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari
(2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari
empat tahap :
1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : (1) analisis
kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3)
menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master
plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
2. Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah : (1) perumusan rasional
atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan tujuan; (3)
penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian
materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan
sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil
belajar.
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: (1)
penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi (kedalaman dan
keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4)
penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan
alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan
pembelajaran
4. Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan
dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian
formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks,
input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada
pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan
peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi
pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan.
Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk
pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product
berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik
dengan evaluasi sumatif)
B. Manajemen Kesiswaan
Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu :
1. Siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga
harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan
pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka;
2. Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan
intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu
diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki
wahana untuk berkembang secara optimal;
3. Siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan
4. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.
C. Manajemen personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu :
1. dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga;
2. Sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional;
3. Kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial
sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan
sekolah; dan
4. Manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar
setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai
tujuan sekolah.
Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting
dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari
para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi
dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.
D. Manajemen keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah
dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan
keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara
mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan,
pengendalian serta pemeriksaan.
Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan
efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana
yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin
operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan
transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah,
masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
E. Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan
tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat
fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya,
dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai,
menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana
dan pra sarana sekolah.
Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah
dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra
saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi
untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan
memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja
peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan
prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim
pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan
prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif
untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan
terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.
F. Manajemen Kinerja Guru
Dalam perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan
dan mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja
(performance management). Dengan mengacu pada pemikiran Robert Bacal
(2001) dalam bukunya Performance Management di bawah ini akan
dibicarakan tentang manajemen kinerja guru.
Robert Bacal mengemukakan bahwa manajemen kinerja, sebagai : sebuah
proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan
antara seorang karyawan dan penyelia langsungnya. Proses ini meliputi
kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan
yang akan dilakukan. Ini merupakan sebuah sistem. Artinya, ia memiliki
sejumlah bagian yang semuanya harus diikut sertakan, kalau sistem
manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi,
manajer dan karyawan.
Dari ungkapan di atas, maka manajemen kinerja guru terutama berkaitan
erat dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang
berkesinambungan, melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di
sekolahnya. Dalam mengembangkan manajemen kinerja guru, didalamnya harus
dapat membangun harapan yang jelas serta pemahaman tentang :
Fungsi kerja esensial yang diharapkan dari para guru.
1. Seberapa besar kontribusi pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.melakukan pekerjaan dengan baik”
2. Bagaimana guru dan kepala sekolah bekerja sama untuk mempertahankan,
memperbaiki, maupun mengembangkan kinerja guru yang sudah ada sekarang.
3. Bagaimana prestasi kerja akan diukur.
4. Mengenali berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya.
Selanjutnya, Robert Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen
kinerja diantaranya meliputi perencanaan kinerja, komunikasi kinerja
yang berkesinambungan dan evaluasi kinerja.
Perencanaan kinerja merupakan suatu proses di mana guru dan kepala
sekolah bekerja sama merencanakan apa yang harus dikerjakan guru pada
tahun mendatang, menentukan bagaimana kinerja harus diukur, mengenali
dan merencanakan cara mengatasi kendala, serta mencapai pemahaman
bersama tentang pekerjaan itu.
Komunikasi yang berkesinambungan merupakan proses di mana kepala sekolah
dan guru bekerja sama untuk saling berbagi informasi mengenai
perkembangan kerja, hambatan dan permasalahan yang mungkin timbul,
solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah, dan
bagaimana kepala sekolah dapat membantu guru. Arti pentingnya terletak
pada kemampuannya mengidentifikasi dan menanggulangi kesulitan atau
persoalan sebelum itu menjadi besar.
Evaluasi kinerja adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja, yang
merupakan proses di mana kinerja perseorangan dinilai dan dievaluasi.
Ini dipakai untuk menjawab pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja
seorang guru pada suatu periode tertentu ?”. Metode apapun yang
dipergunakan untuk menilai kinerja, penting sekali bagi kita untuk
menghindari dua perangkap. Pertama, tidak mengasumsikan masalah kinerja
terjadi secara terpisah satu sama lain, atau “selalu salahnya guru”.
Kedua, tiada satu pun taksiran yang dapat memberikan gambaran
keseluruhan tentang apa yang terjadi dan mengapa. Penilaian kinerja
hanyalah sebuah titik awal bagi diskusi serta diagnosis lebih lanjut.
Sementara itu, Karen Seeker dan Joe B. Wilson (2000) memberikan gambaran
tentang proses manajemen kinerja dengan apa yang disebut dengan siklus
manajemen kinerja, yang terdiri dari tiga fase yakni perencanaan,
pembinaan, dan evaluasi.
Perencanaan merupakan fase pendefinisian dan pembahasan peran, tanggung
jawab, dan ekpektasi yang terukur. Perencanaan tadi membawa pada fase
pembinaan,– di mana guru dibimbing dan dikembangkan – mendorong atau
mengarahkan upaya mereka melalui dukungan, umpan balik, dan penghargaan.
Kemudian dalam fase evaluasi, kinerja guru dikaji dan dibandingkan
dengan ekspektasi yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. Rencana
terus dikembangkan, siklus terus berulang, dan guru, kepala sekolah, dan
staf administrasi , serta organisasi terus belajar dan tumbuh.
Setiap fase didasarkan pada masukan dari fase sebelumnya dan
menghasilkan keluaran, yang pada gilirannya, menjadi masukan fase
berikutnya lagi. Semua dari ketiga fase Siklus Manajemen Kinerja sama
pentingnya bagi mutu proses dan ketiganya harus diperlakukan secara
berurut. Perencanaan harus dilakukan pertama kali, kemudian diikuti
Pembinaan, dan akhirnya Evaluasi.
Dengan tidak bermaksud mengesampingkan arti penting perencanaan kinerja
dan pembinaan atau komunikasi kinerja. Di bawah ini akan dipaparkan
tentang evaluasi kinerja guru. Bahwa agar kinerja guru dapat
ditingkatkan dan memberikan sumbangan yang siginifikan terhadap kinerja
sekolah secara keseluruhan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap
kinerja guru. Dalam hal ini, Ronald T.C. Boyd (2002) mengemukakan bahwa
evaluasi kinerja guru didesain untuk melayani dua tujuan, yaitu :
1. Untuk mengukur kompetensi guru dan
2. Mendukung pengembangan profesional.
Sistem evaluasi kinerja guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan
balik untuk memenuhi berbagai kebutuhan di kelas (classroom needs), dan
dapat memberikan peluang bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam
pengajaran, serta mendapatkan konseling dari kepala sekolah, pengawas
pendidkan atau guru lainnya untuk membuat berbagai perubahan di dalam
kelas.
Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang evaluator (baca: kepala sekolah
atau pengawas sekolah) terlebih dahulu harus menyusun prosedur spesifik
dan menetapkan standar evaluasi. Penetapan standar hendaknya dikaitkan
dengan :
1. Keterampilan-keterampilan dalam mengajar;
2. Bersifat seobyektif mungkin;
3. Komunikasi secara jelas dengan guru sebelum penilaian dilaksanakan dan ditinjau ulang setelah selesai dievaluasi, dan
4. Dikaitkan dengan pengembangan profesional guru .
Para evaluator hendaknya mempertimbangkan aspek keragaman keterampilan
pengajaran yang dimiliki guru. dan menggunakan berbagai sumber informasi
tentang kinerja guru, sehingga dapat memberikan penilaian secara lebih
akurat. Beberapa prosedur evaluasi kinerja guru yang dapat digunakan
oleh evaluator, diantaranya :
1. Mengobservasi kegiatan kelas (observe classroom activities). Ini
merupakan bentuk umum untuk mengumpulkan data dalam menilai kinerja
guru. Tujuan observasi kelas adalah untuk memperoleh gambaran secara
representatif tentang kinerja guru di dalam kelas. Kendati demikian,
untuk memperoleh tujuan ini, evaluator dalam menentukan hasil evaluasi
tidak cukup dengan waktu yang relatif sedikit atau hanya satu kelas.
Oleh karena itu observasi dapat dilaksanakan secara formal dan
direncanakan atau secara informal dan tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu sehingga dapat diperoleh informasi yang bernilai (valuable)
2. Meninjau kembali rencana pengajaran dan catatan – catatan dalam
kelas. Rencana pengajaran dapat merefleksikan sejauh mana guru dapat
memahami tujuan-tujuan pengajaran. Peninjauan catatan-cataan dalam
kelas, seperti hasil test dan tugas-tugas merupakan indikator sejauhmana
guru dapat mengkaitkan antara perencanaan pengajaran , proses
pengajaran dan testing (evaluasi).
3. Memperluas jumlah orang-orang yang terlibat dalam evaluasi. Jika
tujuan evaluasi untuk meningkatkan pertumbuhan kinerja guru maka
kegiatan evaluasi sebaiknya dapat melibatkan berbagai pihak sebagai
evaluator, seperti : siswa, rekan sejawat, dan tenaga administrasi.
Bahkan self evaluation akan memberikan perspektif tentang kinerjanya.
Namun jika untuk kepentingan pengujian kompetensi, pada umumnya yang
bertindak sebagai evaluator adalah kepala sekolah dan pengawas.
Setiap hasil evaluasi seyogyanya dilaporkan. Konferensi pasca-observasi
dapat memberikan umpan balik kepada guru tentang kekuatan dan
kelemahannya.
Dalam hal ini, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh evaluator :
• Penyampaian umpan balik dilakukan secara positif dan bijak;
• Penyampaian gagasan dan mendorong untuk terjadinya perubahan pada guru;
• menjaga derajat formalitas sesuai dengan keperluan untuk mencapai tujuan-tujuan evaluasi;
• Menjaga keseimbangan antara pujian dan kritik;
• Memberikan umpan balik yang bermanfaat secara secukupnya dan tidak berlebihan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah diatas dapt disimpulkan beberapa kesimpulan:
a. Perekat organisasi pendidikan adalah kepercayaan pimpinan kepada
bawahan, keakraban/kebersamaan, dan kejujuran dan tanggung jawab.
b. Kepemimpinan sangat berpengaruh dalam proses penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, agar pengaruh yang timbul dapat meningkatkan
kinerja personil secara optimal. Maka pemimpin harus memiliki wawasan
dan kemampuan dalam melaksanakan gaya kepemimpinan
c. Kemampuan pemimpin dalam memerankan gaya kepemimpinan yang bertumpu
kepada partisipasi aktif semua personil sekolah akan memunculkan
keberhasilan seorang pemimpin
d. Bahwa tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional
yang dapat menerapkan, mengembangkan, memperkya khanazah ilmu
pengetahuan, teknologi, kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan
nasional.
e. Budaya organisasi di lembaga pendidikan adalah pemaknaan bersama
seluruh anggota organisasi di suatu lembaga pendidikan yang berkaitan
dengan nilai, keyakinan, tradisi dan cara berpikir unik yang dianutnya
dan tampak dalam perilaku mereka, sehingga membedakan antara lembaga
pendidikan dengan lembaga pendidikan lainnya.
f. Pemimpin harus memiliki pemahaman tentang konsep sistem (berpikir
secara sistematik) dalam memahami suatu sekolah sebagai suatu kesatuan
yang utuh.
g. Pemimpin harus memahami wawasan jauh kedepan agar tantangan masadepan
telah menjadi program dalam penyelenggaraan pendidikan.
h. Konsentrasi pemimpin terhadap kinerja personil pada akhirnya sasaran
yang hendak dicapai adalah peningkatan prestasi sekolah pada umumnya
dapat tercapai adalah peningkatan prestasi sekolah pada umumnya dapat
tercapai dan pada khususnya menghasilkan tamatan yang berkualitas.
B. Saran-Saran
• Seorang kepala sekolah, di samping harus mampu melaksanakan proses
manajemen yang merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, juga dituntut untuk
memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan.
• Kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan:
a. Menjabarkan sumber daya sekolah untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar,
b. Kepala administrasi,
c. Sebagai manajer perencanaan dan pemimpin pengajaran, dan
d. Mempunyai tugas untuk mengatur, mengorganisir dan memimpin keseluruhan pelaksanaan tugas-tugas pendidikan di sekolah
BAB V
Kritik dan Saran
A. Kritik
- dosen
• Bapak merokok.
- Fakultas
• Dosennya banyak yang sudah lanjut usia, kasihan mau naik gedung tinggi-tinggi.
- Universitas
• Terlalu banyak menerima mahasiswa, dan tidak terlalu memperhatikan mutu pendidikan.
B. Saran
- dosen
• Tolong kurangi merokoknya.
- Fakultas
• Dosen-dosen yang sudah lanjut usia jangan disuruh ngajar di lantai atas.
-Universitas
• Tolong mutu pendidikan universitas kita harus lebih diperhatikan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Bacal, Robert. 2001. Performance Management. Terj.Surya Darma dan Yanuar Irawan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Akhmad Sudrajat, M.Pd. adalah staf pengajar pada Program Studi PE-AP FKIP-UNIKU dan Pengawas Sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan
www. Kepemimpinan sekolah.com
http://semangatinspirasi.blogspot.com
Makalah manajemen pendidikan sekolah ini tidak untuk dicopy paste sebagai tugas kuliah ataupun tugas makalah sekolah, namun contoh makalah manajemen tentang pendidikan sekolah ini dapat digunakan sebagai contoh dalam proses pembuatan makalah manajemen atau tugas makalah lainnya. Salam sahabat semangat Inspirasi.
No comments:
Post a Comment