Who Are You?

"Selalu ada jalan untuk melakukan yang lebih baik. Temukanlah!!!"
Thomas Alva Edison

Kurang lebih dua tahun yang lalu, ada pengalaman yang sangat menarik. Entah mengapa pengalaman ini begitu menarik bagi saya dan dorongan untuk mensharingkan kepada Anda begitu kuat dalam diri saya. Harapan saya semoga, tulisan ini mampu memberikan refleksi bagi Anda.

Saat saya bekerja di sebuah perusahaan, mayoritas karyawan disana selalu mengeluh. Dan setelah saya amati, ternyata "budaya" mengeluh telah mendarah daging. Hampir setiap saat terdengar keluhan dan sejenisnya disana. Pada suatu kesempatan tertentu, ada seorang teman saya yang berkata kepada saya, "Hey... kamu masuk ke perusahaan yang salah. Jangan bekerja disini, gajinya kecil". Tahukah Anda saat itu apa yang terbesit dalam pikiran saya? Saya justru tidak menganggap serius perkataan teman saya itu, melainkan saya menangkap isyarat yang sebenarnya bahwa teman saya sedang menunjukkan bentuk aslinya yakni seperti apa dia saat ini. Tepat sekali, saya langsung mendapatkan jawabannya, "Gaji dia pasti kecil". Setujukah Anda dengan saya?

Menurut Anda, apa tanggapan saya terhadap pernyataan teman saya itu? Saya berkata : "Itu kan nasibmu. Aku punya nasib yang berbeda". Tahukah Anda bahwa setelah percakapan itu, keyakinan saya semakin berkobar bahwa apa yang dikatakan oleh teman saya itu bukanlah meredupkan semangat saya tetapi perkataan itu justru meledakkan saya untuk bekerja lebih baik lagi. Tidak lama berselang kurang lebih enam bulan, saya di promosikan. Bersamaan dengan promosi itu tentu kesejahteraan meningkat. Saya tidak ingin menunjukkan berapa gaji saya, tetapi saya telah membuktikan kepada teman saya bahwa apa yang menjadi keyakinannya selama ini adalah salah.

Dalam hidup ini, boleh saja orang lain menganggap remeh Anda. tetapi hal yang jauh lebih penting adalah jangan sekali-kali Anda meremehkan diri Anda sendiri. Anda harus mempunyai keyakinan yang kuat terhadap kesuksesan Anda karena jika Anda tidak yakin, bagaimana mungkin Anda bisa mencapainya? Nelson Mandela pemimpin Afrika Selatan yang di penjara puluhan tahun karena apartheid kala itu menggoreskan sebuah kalimat yang sangat dahsyat, "Saya telah menemukan sebuah rahasia besar, bahwa setelah mendaki sebuah bukit besar, seseorang hanya akan menemukan bahwa masih banyak bukit yang harus didaki". Pernyataan itu sangatlah tepat bahwa rahasia besar dalam diri Anda merupakan bukit-bukit yang harus Anda daki dan kemudian Anda akan melihat bahwa ada banyak bukit-bukit lagi membentang setelah Anda berada di atas bukit itu. Teman saya yang mengatakan hal pesimis itu belumlah berada diatas bukit yang ia daki. Ia masih berada jauh di bawah bukit itu sehingga ia tidak melihat dengan jelas keindahan bukit-bukit yang lain diluar sana. Selalu Ada jalan untuk melakukan yang lebih baik. Jangan pernah meremehkan diri Anda sendiri.

Antara Lidah, Perkataan dan Perbuatan

Berbicara. Sungguh sebuah kosa kata yang sederhana. Setiap hari kita mengucapkan kata-kata, sehingga sama sekali tidak ada hal yang menarik untuk dibahas. Tetapi, mengapa ada orang yang dibayar hingga puluhan juta rupiah untuk berbicara selama satu atau dua jam saja? Ada orang yang dicintai karena perkataan-perkataannya. Dan ada orang yang dibenci karena ucapan-ucapannya. Oleh sebab itu, kesederhanaan dibalik makna 'berbicara' pastilah memiliki keistimewaan yang layak untuk kita renungkan.

Berbicara bukanlah sekedar keterampilan memainkan lidah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Melainkan juga menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan gagasan, bertukar pikiran, juga mempengaruhi orang lain. Bagi Anda yang tertarik untuk belajar berbicara secara efektif, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini:

1. Berbicaralah yang baik, atau diam saja.
Sungguh beruntung orang-orang yang dapat menjaga lidahnya untuk tetap diam, daripada mereka yang rajin mengucapkan perkataan yang tidak memiliki manfaat apa-apa. Resiko tertinggi orang yang diam adalah 'disebut orang pasif'. Sedangkan resiko terrendah bagi orang yang banyak bicara adalah disebut 'orang yang banyak omong'. Manfaat terbesar bagi orang yang diam adalah 'tidak dibenci oleh orang lain'. Sedangkan manfaat terbesar bagi orang yang berbicara adalah; 'pahala yang mengalir atas kata-katanya yang baik'. Maka berbicaralah yang baik-baik karena pahala kebaikannya sangat besar. Atau kalau tidak bisa mengucapkan perkataan yang baik, maka sebaiknya ya diam saja. 

2. Selaraskanlah antara perkataan dengan perbuatan.
Perhatikan orang-orang yang tidak selaras antara perkataannya dengan perbuatannya. Betapa banyak contoh orang seperti itu dihadapan Anda. Dan Anda tahu betul bahwa orang lain sudah tidak lagi mempercayai mereka. Ketika seseorang mengatakan pesan-pesan kebaikan kepada orang lain, namun dirinya sendiri berperilaku sebaliknya; maka orang tidak lagi mempercayai kata-katanya. Karena ketidakselarasan menyebabkan hilangnya kepercayaan. Jagalah keselarasan antara perkataan dan perbuatan, maka Anda akan mendapatkan kepercayaan dari orang-orang disekitar Anda. 

3. Gunakanlah perkataan untuk mengajari diri sendiri.
Orang-orang yang terlalu banyak berbicara – saya, misalnya – memiliki kecendrungan untuk mengajari atau mengajak orang lain melalui perkataan yang yang diucapkannya. Sayangnya sering lupa untuk mengajari diri sendiri. "Jujurlah!" katanya. Tetapi dia sendiri tidak jujur. Ini menandakan bahwa dia gagal mengajari dirinya sendiri. Motivasi saya saat mengatakan sesuatu adalah mengajari diri sendiri. Ternyata sangat berat untuk belajar sendirian, makanya saya membagi pelajaran bersama orang-orang yang saya cintai. Itulah sebabnya sambil mengajari diri sendiri, saya berbagi pelajaran itu dengan Anda.

4. Tebuslah perkataan dengan pendengaran.
Ada ruginya juga memposisikan diri sebagai orang yang paling banyak berbicara. Kita sering tidak sempat mendengar perkataan orang lain. Boleh jadi perkataan kita bukanlah hal terbaik dalam satu urusan tertentu. Namun karena kita tidak bersedia mendengarkan perkataan orang lain; maka kita kehilangan pelajaran berharga. Sungguh beruntunglah orang yang selain berbicara, dia juga bersedia mendengar. Selain ilmunya bisa memberi manfaat kepada orang lain, dia sendiri bisa menarik manfaat dari pelajaran yang ditebarkan oleh orang lain.

5. Yakinlah jika setiap perkataan harus dipertanggungjawabkan.
Kita sering mengira bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita akan menguap begitu saja. Kenyataannya perkataan yang kita ucapkan beberapa tahun lalu, masih diingat oleh orang lain. Sungguh beruntung jika kata-kata itu baik. Namun sungguh rugi kita jika kata-kata itu buruk. Setiap kata yang baik, menghasilkan pahala yang baik. Namun, setiap perkataan buruk pasti akan dibalas dengan imbalan yang juga buruk. Bahkan, guru spiritual saya mengatakan; "Betapa besarnya murka Tuhan kepada orang yang mengatakan sesuatu yang bertolak belakang dengan perbuatannya." Maka yakinlah, setiap perkataan harus dipertanggungjawabkan.

Keterampilan berbicara bukanlah monopoli mereka yang berprofesi sebagai pembicara publik. Setiap orang patut memiliki keterampilan berbicara yang baik. Satu hal yang perlu diingat adalah; berbicara tidak selalu berarti mengucapkan sesuatu dengan lidah kita. Melainkan juga menunjukkan tindakan nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Mungkin kita bisa berbicara dengan nyaring, namun perbuatan kita berbicara lebih nyaring dari kata-kata yang diolah oleh lidah kita.

THE POWER OF FOCUS

"Anda tidak bisa menyeberangi laut hanya dengan memandang airnya saja"
Rabindranath Pagore

Di suatu kesempatan, ada seseorang bertanya : "Pak, mengapa hidup saya ini semakin berat?". "Wow", itu adalah suara dalam hati saya. Jujur saya terkejut karena 2 hal. Pertama, saya tidak mengenal orang itu dan mungkin saja orang itu tidak mengenal saya. Kedua, mengapa orang itu tiba-tiba bertanya kepada saya padahal disana terdapat banyak orang.

Dalam kesempatan itu, segera saya mengilustrasikannya demikian. "Pernahkah Anda mengangkat sebuah barbel 2kg? Bagaimana rasanya?". Orang itu menjawab, "Ringan". Sambil tersenyum saya berkata : "Great. Cobalah Anda angkat barbel ringan itu setiap hari mulai hari ini hingga satu minggu ke depan setelah itu temuilah saya".

Seminggu kemudian orang itu benar-benar menemui saya dan mengatakan, "Pak, barbel itu terasa semakin berat". "Oya?", tanya saya. "Ya Pak, sangat terasa berat". Mengapa barbel 2 kg itu semakin hari semakin berat? Tentu bukan barbelnya yang memiliki berat bertambah, namun sebaliknya kemampuan Anda yang semakin hari justru sama atau bahkan semakin berkurang tanpa Anda sadari sehingga seolah-olah barbel yang sama memiliki berat yang berbeda.

Hal yang ingin saya simpulkan dari ilustrasi diatas adalah bahwa banyak orang tidak menyadari bahwa didalam perjalanan mereka semakin hari mereka semakin terpendam dengan rutinitas mereka sehingga hidup menjadi semakin berat, berat dan bertambah berat. Mengapa hal itu terjadi? Mungkin Anda sendiri pernah mengalaminya? Hal itu terjadi karena kebanyakan orang berfokus kepada sesuatu yang salah sekalipun mereka sadar hal itu salah. Perhatikanlah, jika orang itu berfokus kepada seberapa besar kekuatan yang ia akan dapatkan setelah mengangkat barbel itu dengan rutin selama satu minggu maka ia tidak akan mengatakan barbel itu semakin berat. Barbel itu semakin berat karena orang itu berfokus justru kepada beban yang ia harus angkat setiap hari yang tanpa disadari fokusnya menyebabkan kekuatannya tidak bertumbuh.

Demikian halnya dengan diri kita. Rutinitas kita disadari atau tidak sangat mungkin sekali membenamkan kemampuan kita untuk tumbuh. Namun, sadarilah bahwa cara yang sama hanya akan menghasilkan suatu hasil yang sama. Jika Anda menginginkan hasil yang berbeda maka Anda harus menggunakan cara yang berbeda. Anda harus "Change" dan setelah itu Anda "Growth". Anda tidak akan tumbuh selama Anda tidak merubah fokus Anda.

Hey remember, what you focus on, GROWTH!

Salam Senangat! Dengan semangat I Believe I Can Fly!

Nilai Diri Anda

Seberapa BESAR (kecil) kah NILAI DIRI Anda…?

Beberapa waktu yang lalu, sewaktu memberikan pelatihan di sebuah bank swasta terkemuka di Indonesia, saya bertemu dengan Office Boy (OB) mantan bawahan saya. Saya masih mengingatnya karena ‘performance’-nya termasuk yang di bawah rata-rata. Datang seringkali terlambat, jam 3 sore dicari seringkali sudah tidak di tempat, ketika ada tamu seringkali orangnya menghilang.

Jadi mudah bukan untuk membuat atasan mengingat anda: jadilah yang terbaik (di atas rata-rata) atau jadilah yang terburuk (di bawah rata-rata)!   Karena sudah banyak orang rata-rata, makanya atasan sulit untuk mengingat.  

Saya menyapanya dan bertanya tentang dirinya, pekerjaannya, keluarganya, dan kehidupannya sekarang. Mungkin sudah banyak perubahan karena sudah hampir 10 tahun kami berpisah (ketika itu saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah Pasca Sarjana di Inggris).

Ternyata, I was very suprised, saat inipun dia masih bekerja sebagai seorang OB dengan penghasilan tidak beda jauh dari penghasilannya 10 tahun yang lalu.

Dia mulai berkeluh kesah: hidup ini susah, cari pekerjaan sulit, kebutuhan pokok selalu melambung padahal gaji naik hanya sedikit, atasan tidak fair (tidak pernah memberikan kesempatan), rekan kerja tidak pernah mendukung, dlsbnya.

Sebelum dia curhat lebih lama, saya menyelanya: Semua itu adalah PILIHAN anda, anda yang membuat hal-hal yang disebutkan di atas terjadi! Dia KAGET?!

Saya (S): Coba pikirkan ketika anda masih bekerja bersama saya dulu, sudahkah anda memberikan yang terbaik yang bisa anda berikan? Apakah anda berusaha untuk selalu memberikan lebih atau ketika OB lain memberikan lebih, anda mencibir dan menyebut mereka sebagai ‘penjilat’ atau orang yang tidak ‘realistis’?
Dia (OB): Tapi kan kami dibayar hanya UMR, kami berada di posisi paling bawah dalam hierarki organisasi, ngapain kami memberikan lebih dari job desc yang ada?

S: Nah itulah, ketika anda bilang ngapain memberikan lebih berarti saat itulah anda telah dinilai atau dicap tidak akan mampu untuk mengerjakan lebih dari job desc yang diberikan. Anda tidak akan pernah diberi kepercayaan lebih karena anda tidak pernah menunjukkan bahwa anda sebenarnya mampu.

OB: Tapi kami kan hanya OB, mana mungkin untuk naik jabatan. Sekali OB pensiunnya juga OB bukan?
S: Kata sapa? Apakah anda pernah bertemu dengan Tuhan dan Dia mengatakan bahwa nasib anda adalah sebagai seorang OB hingga anda pensiun? Kalau anda mau tahu, ada seorang OB seperti anda, yang pendidikannya hanya SMA, tapi dalam waktu 19 tahun bisa menjadi seorang Vice President bank asing terkemuka di Indonesia. Anda kaget?

OB: Tapi kalau saya melakukan dan memberikan lebih nanti saya disebut ‘penjilat’ atau ‘carmuk’ (cari muka) oleh rekan-rekan saya? Gimana dong?

S: Itulah yang membedakan orang rata-rata dengan orang di atas rata-rata. Orang rata-rata akan mencari alasan dan pembenaran diri untuk menyesuaikan GOAL yang ingin dicapai dengan kemampuan dirinya, sama seperti anda saat ini. Anda mencari 1001 alasan untuk membenarkan dan men-justifikasi perilaku, tindakan, dan kebiasaan anda, bahwa sebagai seorang OB ngapain bekerja dan memberikan lebih. Kan nasib anda hanya OB dan pensiun juga sebagai OB, betul bukan?

Beda dengan orang di atas rata-rata, mereka akan menyesuaikan KEMAMPUAN dengan goal yang sudah mereka tetapkan sebelumnya. Mereka akan terus meng-upgrade kemampuan untuk mencapai target dengan lebih cepat dan lebih baik. Mengapa anda tidak menggunakan 1001 alasan tadi untuk membantu anda untuk mencapai target atau tujuan hidup anda?

Buat 1001 alasan mengapa dan bagaimana anda harus mencapai target anda dibanding membenarkan dan men-justifikasi kenapa saya tidak berhasil!

OB: Termasuk memberikan dan mengerjakan lebih dari job desc yang diberikan?
S: Yesss! Ketika anda memberikan dan mengerjakan lebih dari nominal gaji anda yang dibayarkan berarti anda meningkatkan NILAI DIRI anda. Terus tingkatkan NILAI DIRI anda sehingga rekan kerja, atasan, bawahan, bahkan orang di luar organisasi tahu nilai diri anda! Ketika nilai diri anda luar biasa, orang lain yang akan ‘hunting’ dan memburu anda, bahkan berlomba-lomba untuk merekrut anda.

Sebaliknya ketika anda mau resign karena tidak ada kecocokan dan atasan sama sekali tidak berusaha menahan anda berarti nilai diri anda lebih rendah dibanding nomimal gaji yang dibayarkan. Ngapain atasan harus menahan anda yang di bawah rata-rata? Di luar sana ada jutaan pengangguran yang siap dan mau memberikan lebih dibanding anda.  

Seorang rekan yang sewaktu bekerja di bawah pimpinan saya, terus menerus mengeluh, komplain, dan tidak puas dengan gaji yang dibayarkan serta fasilitas yang diberikan. Ketika dia resign, saya tidak menahannya. Sekarang dia sudah menganggur hampir 1 tahun. Dia mencoba untuk berusaha tetapi ternyata hasil yang diperoleh tidak mencukupi biaya hidup keluarganya. Menunjukkan apa? Bahwa ternyata gaji yang saya bayarkan saat itu melebihi nilai dirinya (over paid), bukan?!  

Jadi di sini, saya hanya memprovokasi anda: kerjakanlah dan lakukanlah melebihi nominal gaji yang dibayarkan sehingga otomatis anda meningkatkan nilai diri anda! atau sebaliknya, mengambil sikap sebagai penonton, menjadi ‘komentator’ yang setia, mencibir orang lain sebagai ‘penjilat’ atau ‘tidak realistis’, dan membenarkan serta men-justifikasi perilaku, tindakan, kebiasaan, dan belief anda yang kurang bermanfaat sehingga otomatis anda menurunkan nilai diri anda!

The choice is yours!

Kaca Jendela yang Kotor

"If the doors of perception were cleansed, everything would appear as it is – infinite. – Jika pintu persepsi dibersihkan, segala hal akan nampak sebagaimana adanya – sangat luar biasa." 
William Blake

Sebelum memulai membahas artikel ini saya akan menceritakan sebuah peristiwa yang dialami sepasang suami istri. Pasangan tersebut baru pindah ke sebuah kontrakan baru di kampung padat penduduk. Setiap pagi di depan rumah mereka banyak orang sibuk mencuci dan menjemur pakaian.

Pada hari I, sang istri berkomentar, "Aneh ya, kenapa orang-orang kalau mencuci pakaian sama sekali tidak bersih. Kotorannya masih tebal begitu." 

Seminggu berlalu, dan sang istri selalu berkomentar bahwa cucian warga yang dijemur di depan kontrakan mereka itu masih sangat kotor. Selama seminggu sang suami hanya diam saja mendengar komentar-komentar istrinya. Lalu pada hari ke-8, si istri memberikan komentar lagi seperti biasa. 

"Nah, itu baru bersih. Pak, lihat cucian mereka sekarang menjadi bersih sekali. Tapi kenapa kemarin-kemarin cucian mereka begitu kotor ya?" gumam si istri.

"Tadi pagi saya bangun pagi-pagi sekali. Saya bersihkan semua kaca jendela rumah kita sampai betul-betul bersih," jawab suaminya seraya pergi meninggalkan si istri yang masih terperangah. 

Kehidupan ini berkaitan erat dengan persepsi, yaitu cara pandang berdasarkan pola pikir dan perilaku individu masing-masing. Setiap orang dapat mendeskripsikan situasi atau kejadian secara berbeda berdasarkan penglihatan mereka. Persepsi itu akan mempengaruhi pola pikir serta tindakan kita selanjutnya.
Realitas kehidupan ini terbentuk oleh persepsi kita atau cara pandang kita terhadap segala sesuatu. Apa yang Anda yakini, itulah yang Anda terima. Tetapi seandainya kita mampu mengubahnya (persepsi) menjadi positif, maka segala sesuatu dalam kehidupan ini akan nampak lebih menyenangkan.

Dr. Wayne Dyer mengatakan, "When you change the way you look at things, the things you look at change. – Ketika Anda mengubah cara pandang terhadap sesuatu, maka apa yang Anda lihat akan berubah." Inilah beberapa hal pokok untuk menghancurkan persepsi negatif dan menciptakan kehidupan yang seharusnya Anda nikmati.

Pertama adalah selalu berusaha membiasakan diri fokus pada nilai-nilai positif, maka persepsi kita menjadi lebih positif. Contoh ketika kita fokus pada kekurangan seseorang, maka kita akan terus mencari kekurangannya. Tetapi jika kita fokus pada kebaikan seseorang, maka kita akan terus berusaha mencari kebaikan di dalam dirinya dan semakin tertarik pada orang tersebut, bahkan terinspirasi olehnya. 

Mungkin sama seperti awal orang sedang dalam masa pacaran, pasti masing-masing memandang pasangan serasa tak memiliki kekurangan karena yang terlihat kelebihannya saja. Hari-hari senantiasa romantis, sebab dalam hubungan itu masing-masing hanya fokus pada sifat-sifat yang positif dan menarik. Semakin ia fokus pada kualitas positif, maka ia pun melihat pasangan semakin menakjubkan sehingga makin jatuh cinta. Begitupun sebaliknya.

Cara lain untuk menjaga persepsi Anda tetap positif adalah dengan selalu berpikir dan bersikap optimis. Saya sangat sependapat dengan Henry Ford yang pernah mengatakan, "If you think you can or if you think you can't either way you're always right. – Jika Anda berpikir Anda bisa atau jika Anda berpikir tidak bisa, itu pasti terjadi." Berpikir dan bersikap optimis tentu membantu persepsi Anda lebih jernih, sehingga nampak jelas peluang-peluang baru yang dapat menolong situasi Anda atau memandu Anda menuju sukses dan kebahagiaan.

Berpikir terbuka dan bersedia belajar tentang banyak hal merupakan salah satu upaya untuk menjernihkan persepsi. Kehidupan ini sangat lengkap artinya terdiri dari beragam situasi, sebab, macam, dan lain sebagainya. Tidak mungkin seseorang menguasai semua ilmu atau menyelami pikiran banyak orang di dunia. Jadi sebaiknya jangan terburu-buru menciptakan kesimpulan, melainkan mencari pelajaran positif yang dapat dipetik sebagai bekal untuk berpikir dan bertindak lebih bijaksana.

Contoh akhir-akhir ini media cetak maupun elektronik di tanah air bahkan luar negri sedang dihebohkan video asusila artis papan atas. Jika benar mereka melakukan tindak asusila itu, bukan berarti semua perilaku mereka negatif. Alangkah bijaksana jika kita menjadikan hal itu sebagai pembelajaran untuk tidak mencoba melanggar norma susila, agama maupun hukum, apapun profesi yang kita jalani, karena dampak buruknya sangat luar biasa tak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga keluarga dan masyarakat.

Jika saya perhatikan, orang-orang yang hidupnya cukup sukses di dunia ini senantiasa menjaga persepsi mereka tetap positif. Sehingga sikap dan tindakan mereka juga positif, contohnya tekun berusaha, rendah hati, disiplin, cermat atau berhati-hati dalam segala hal dan lain sebagainya. Disamping itu, mereka mampu melakukan tanggung jawab dengan baik dan menghasilkan karya luar biasa.

Persepsi seumpama `kaca jendela' untuk melihat segala sesuatu nampak baik atau buruk. Ketika Anda mampu menjadikan persepsi selalu positif, maka Anda juga mempunyai kekuatan untuk melihat segala hal dengan lebih jernih, penuh optimisme, semangat, kasih sayang dan cinta, dan lain sebagainya, sehingga membantu Anda selalu bersikap positif dan tidak menyerah pada keadaan sesulit apapun untuk meraih sukses dan kebahagiaan. Oleh sebab itu, jika Anda ingin mencapai hasil akhir yang menyenangkan, maka jangan pernah membiarkan 'kaca jendela' Anda kotor.

Dibayar Lunas dengan Segelas Susu

Suatu hari, seorang pemuda miskin, yang menjual barang dari pintu ke pintu untuk membiayai sekolahnya, menemukan dirinya hanya memiliki uang sepeser dan dia kelaparan. Dia akhirnya memutuskan untuk meminta makan di rumah selanjutnya. Namun, dia kehilangan keberaniannya ketika seorang wanita muda cantik membuka pintu rumah. Alih-alih meminta makan, pemuda itu hanya meminta segelas air putih. Wanita itu berpikir bahwa pemuda itu terlihat kelaparan jadi dia membawakannya segelas besar susu. Pemuda itu meminumnya pelan-pelan, dan kemudian bertanya, "Berapa saya berhutang kepada Anda?"
"Kamu tidak berhutang apa-apa kepada saya," jawab wanita itu. "Ibu saya selalu mengingatkan kami untuk tidak pernah menerima bayaran atas kebaikan yang kami lakukan."
Pemuda itu kemudian berkata.. "Kalau begitu, saya berterima kasih dari hati saya yang terdalam."
Pemuda itu bernama Howard Kelly, dia kemudian meninggalkan rumah itu bukan hanya dengan fisik yang lebih kuat, namun juga imannya kepada Tuhan dan orang lain. Sebelumnya, dia sudah ingin menyerah dan berhenti.
Bertahun-tahun kemudian, wanita muda tadi mengalami sebuah penyakit kritis. Dokter setempat tidak mampu menanganinya. Mereka kemudian mengirimnya ke kota besar dimana ada spesialis yang dapat menangani penyakitnya yang aneh.
Dr. Howard Kelly dipanggil untuk memberikan konsultasi. Ketika dia mendengar nama kota asal wanita tersebut, sebuah Cahaya aneh memenuhi matanya. Dengan cepat ia bangun dan turun ke aula rumah sakit menuju kamar wanita itu.
Menggunakan pakaian dokternya dia mengunjungi wanita tersebut. Dr. Kelly langsung mengenali wanita itu, dia kemudian kembali ke ruang konsultasinya dan memutuskan untuk melakukan yang terbaik untuk menyelamatakan nyawanya. Mulai hari itu dia memberikan perhatian khusus kepada kasus wanita tersebut.
Setelah berjuangan selama beberapa waktu lamanya, akhirnya pertempuran dimenangkan.
Dr. Kelly kemudian meminta bagian administrasi untuk menagihkan biaya pengobatan wanita tersebut kepadanya. Dia kemudian melihat tagihan tersebut, kemudian menuliskan sesuatu di tagihan tersebut, lalu tagihan tersebut di kirim ke ruangan wanita tersebut. Wanita itu sangat takut untuk membuka tagihan itu, dia yakin membutuhkan seluruh sisa hidupnya untuk membayar biaya pengobatan itu. Akhirnya dia membuka amplop tagihan itu, dan sesuatu menarik perhatiannya di sisi tagihan itu. Dia membaca kalimat ini…
"Dibayar lunas dengan segelas susu." – tanda tangan – Dr. Howard Kelly.
Air mata sukacita mengalir di wajah wanita tersebut, dengan bahagia dia berdoa: "Terima kasih Tuhan, karena cinta-Mu telah menyebar melalui hati dan tangan manusia."
Setiap kemurahan hati yang kita tabur, pasti akan kita tuai. Mungkin tidak selalu seperti kisah di atas, kita tidak selalu menerima timbal balik dari orang yang kita tolong, namun percayalah bahwa Tuhan memiliki banyak cara untuk menunjukkan kemurahan hati-Nya kepada Anda.

6 Kapasitas Kreatif

Peradaban manusia melalui jaman agraris, industri, informasi dan kini jaman kreatif. Kita dituntut menguasai kemampuan unik di setiap jaman agar bisa bersaing. Apa kemampuan agar kita bisa bersaing di jaman kreatif?

Generasi kakek kita mengidamkan bekerja di sebuah gedung mulai dari pertama kerja hingga pensiun. Generasi ayah kita mengidamkan pekerjaan tetap yang rutin bekerja dari jam 8 hingga jam 17. Tapi generasi saat ini berharap pekerjaan yang fleksibel, tidak monoton dan bisa mengekspresikan potensi diri.

Kita hidup dalam jaman yang terus bergerak dan mengalami perubahan. Jaman kakek kita bukan jaman ayah kita dan bukan jaman kita. Jaman kakek nenek kita hanya negara yang mampu mengglobal dalam bentuk penjajahan (Globalisasi 1.0). Jaman ayah kita hanya perusahaan besar yang mampu mengglobal dalam bentuk ekspansi pasar (Globalisasi 2.0).

Dalam era industri dan informasi, dunia kerja itu rutin, sistematis dan efisien. Kemampuan otak kiri sangat dibutuhkan untuk itu. Pekerjaan mencari siapa yang bisa mengerjakan lebih cepat dan lebih murah. Oleh karena itu, sistem pendidikan dan organisasi kerja kita didesain untuk memenuhi kebutuhan kedua jaman tersebut.

Jaman kita? Setiap orang bisa mengglobal berkat internet dan media sosial. Setiap orang bisa berkreasi dan mengekspresikannya secara luas. Inilah jaman kreatif. Inilah Globalisasi 3.0. Setiap jaman tersebut membutuhkan kapasitas yang berbeda untuk sukses.

Tapi di jaman kreatif  atau era konseptual, menurut, Daniel H. Pink dalam bukunya A Whole New Mind, dibutuhkan 6 kapasitas baru agar kita bisa bersaing. Enam kapasitas itu adalah sinergi antara otak kiri dan otak kanan yang melahirkan high concept – high touch. Enam kapasitas yang menuntut kita mengimajinasikan ulang sistem pendidikan, karir dan organisasi kerja kita.

Daniel H. Pink, menuliskan buku A Whole New Mind, sebenarnya sebagai sebuah peringatan bagi bangsa Amerika Serikat agar tidak tertinggal oleh bangsa-bangsa Asia. Nah, karena kita bisa baca buku itu, memgapa tidak kita belajar untuk menguasai 6 kapasitas itu sehingga bisa bersaing di jaman kreatif?
Sekarang, apa saja 6 kapasitas kreatif itu?

1. Bukan hanya fungsi tetapi juga DESAIN.
Dalam membuat produk, jasa dan layanan tidak semata berpikir tentang fungsional. Bukan lagi sekedar membuat sebuah alat yang bisa digunakan untuk mendengarkan berita dan musik bernama radio. Tapi lebih dari itu, kita perlu mendesain radio yang indah, unik dan menyentuh emosi, seperti Radio Magno. Kita perlu kapasitas untuk berpikir desain.

2. Bukan hanya argumen tetapi juga CERITA.
Jaman kita telah dibanjiri oleh berbagai informasi dan data. Tidak cukup lagi meyakinkan orang dengan menggunakan argumen. Kesadaran akan diri dan menciptakan cerita jauh lebih efektif dalam menyentuh emosi orang lain.

3. Bukan hanya fokus tetapi juga SIMPONI.
Jaman industri dan informasi menuntut kita untuk fokus dan spesialisasi pada suatu bidang. Fokus tidak cukup lagi, kita dituntut mampu memandang gambaran besar dan mensintesakan berbagai sumber daya yang ada. Tidak cukup ahli di bidang fashion, tapi juga kemampuan mensinergikan dengan potensi lokal untuk menciptakan Jember Fashion Carnival.

4. Bukan hanya logis tetapi juga EMPATI.
Dalam era setiap orang tehubungan dengan orang lain, tidak cukup logika yang melandasi hubungan tersebut. Kita dituntut mengasah empati kita untuk memahami emosi orang lain. Kemampuan untuk mendengarkan, menghargai dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.

5. Bukan hanya keseriusan tetapi juga BERMAIN.
Jaman industri dan informasi telah menuntut kita untuk bekerja serius dari pagi sampai malam. Keseriusan melahirkan efisiensi. Tapi jaman kreatif membutuhkan ide segar dari kita yang lahir justru ketika kita dalam keadaan bermain yang santai, relaks, dan penuh humor. Perhatikan saja kantor Google yang justru menyediakan banyak arena bermain.

6. Bukan hanya akumulasi tetapi juga MAKNA.
Jaman industri dan informasi membuat orang berlomba-lomba mengakumulasikan hasil kerja atau kekayaan. Ketika kekayaan didapat, seringkali justru perasaan kosong yang lahir. Pada jaman kreatif, orang-orang akan mengimbangi dengan upaya mengejar hasrat agar lebih berarti seperti gerakan sosial yang lahirkan makna hidup dan gerakan spiritualitas.

Sumber: Profec

Kehilangan Koin Tua

Dalam kehidupan ini ada beragam cara seseorang menyikapi kehilangan. Dari mulai marah-marah, menangis, protes pada takdir, hingga bunuh diri. Masih ingatkah Anda pada tokoh-tokoh ternama, yang tega membunuh diri sendiri hanya karena sukses mereka terancam pudar? Barangkali kisah yang di adaptasi dari The Healing Stories karya GW Burns berikut ini, dapat memberikan inspirasi.

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan. 

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok dan tua," gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

"Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar. 

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. 
Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang. 

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi? 

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok dan tua yang kutemukan tadi pagi". 

Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Semoga kita termasuk orang yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah TITIPAN TUHAN. Benar kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?

Buang 5 Faktor penghambat Karir Anda

Setiap orang yang hidupnya bergantung kepada gaji adalah seorang buruh; sekalipun pangkatnya direktur utama. Mengapa para direktur tidak ikut-ikutan demonstrasi untuk memperingati tanggal 1 Mei sebagai hari buruh? Karena, orang yang karirnya bagus tidak lagi disebut buruh. Sedangkan mereka yang karirnya buruk, biasanya memang disebut sebagai buruh. Jika Anda seorang karyawan; maka pastikanlah bahwa Anda memang layak untuk tidak menyandang gelar sebagai buruh. Bagaimana caranya?

Sederhana saja; bangunlah karir Anda sampai ke titik dimana Anda layak dihormati dan dihargai tinggi. Agar bisa membangun karir dengan baik, maka Anda harus membuang jauh-jauh mental ‘b-u-r-u-h’. Mengapa demikian? Karena mental b-u-r-u-h itu menyimpan 5 faktor penghambat karir yang sangat mematikan. Apa sajakah kelima faktor itu? Berikut ini uraiannya.

1. B=Bersembunyi dibalik topeng ‘nasib’. Baik atau buruknya karir seseorang sama sekali tidak ada hubungannya dengan nasib. Perhatikan para pekerja gagal. Mereka menganggap bahwa mandeknya karir dan bayaran mereka sudah menjadi nasib sehingga tidak terdorong untuk menggeliat bangkit dari posisi rendahnya. Walhasil, dari tahun ke tahun tidak ada perbaikan jabatan dan pendapatan signifikan yang mereka dapatkan. Jadilah karyawan yang berani berjuang untuk memperbaiki karir sendiri karena nasib selalu mengikuti ikhtiar yang Anda lakukan.

2. U=Ulet hanya ketika diawasi oleh atasan. Sudah bukan rahasia lagi jika banyak sekali karyawan yang ulet, gigih, dan giat hanya ketika ada atasannya saja. Tapi saat atasannya tidak ada; mereka berleha-leha atau mengerjakan sesuatu yang tidak produktif pada jam kerja. Para pegawai berdasi pun banyak yang memiliki perilaku seperti ini. Padahal, sikap seperti ini jelas sekali menunjukkan jika mereka tidak layak untuk mendapatkan tanggungjawab yang lebih besar. Jadilah karyawan yang bisa diandalkan, baik ada atau tidaknya atasan; karena kualitas seseorang dinilai dari tanggungjawab pribadinya ketika dia sedang sendirian.   
3. R=Rendah diri. Kita sering keliru menempatkan kerendahan hati dengan sifat rendah diri. Ketika berhadapan dengan senior atau orang yang pendidikannya lebih tinggi, kita merasa kecil sekali. Padahal sebagian besar manager atau direktur pada mulanya adalah orang-orang yang menduduki posisi rendah seperti kebanyakan karyawan lainnya. Sifat rendah diri mengungkung orang dalam kotak inferioritas sehingga kapasitas dirinya tidak terdaya gunakan. Jadilah karyawan yang rendah hati, karena mereka yang rendah hati memiliki kualitas diri yang tinggi, namun tetap bersikap arif, positif dan konstruktif.

4. U=Unjuk rasa melampaui unjuk prestasi. Unjuk rasa tidak selalu harus turun ke jalan. Protes soal kenaikan gaji adalah contoh nyata unjuk rasa yang sering terjadi di kantor-kantor. Menggunjingkan atasan dan managemen di kantin atau toilet juga merupakan bentuk unjuk rasa yang tidak sehat. Perhatikan para karyawan yang tidak puas dengan kebijakan perusahaan. Mereka berkasak-kusuk sambil mengkorupsi jam kerja. Padahal, itu semakin menunjukkan kualitas buruk mereka. Jadilah karyawan yang rajin unjuk prestasi, karena prestasi membuka peluang untuk mendapatkan kesempatan dan pendapatan yang lebih besar.  

5. H=Hitung-hitungan soal pekerjaan dan imbalan. Banyak sekali karyawan potensial yang akhirnya gagal membangun karirnya hanya karena merasa tidak dibayar dengan pantas. “Kalau gua digaji cuma segini, ngapain mesti kerja keras?’ begitu katanya. Padahal, sikap seperti itu tidak merugikan perusahaan lebih dari kerugian yang dialami oleh orang itu sendiri. Mereka membuang peluang untuk mengkonversi potensi dirinya menjadi karir yang cemerlang. Jadilah karyawan yang berfokus kepada kontribusi yang tinggi, karena bayaran atau imbalan akan mengikutinya kemudian.  

Jika Anda mampu membuang mental ‘b-u-r-u-h’ yang sudah saya jelaskan diatas, maka Anda tidak akan menjadi buruh rendahan. Sebaliknya, Anda akan menjadi karyawan yang ketika pensiun nanti; memiliki sesuatu yang layak untuk dibanggakan.

Tips Mengelola Pikiran dan Perasaan

Hari ini adalah ulang tahun saya. Dua tahun yang lalu pada tanggal yg sama, saya bertanya pada diri sendiri "Pilih mana: pekerjaan sebagai seorang professional (karyawan) yg dibayar tinggi setiap bulannya ATAU menjadi seorang entrepreneur (wirausaha) yg harus menentukan sendiri berapa pendapatan setiap bulannya dan bisa saja tidak menentu?"

Pagi ini ketika saya teringat keputusan yg saya ambil dan tekadkan 2 tahun yg lalu, saya bersyukur! Sungguh luar biasa pencapaian yg saya raih hingga hari ini. Ketika itu, orang-orang mengatakan saya sinting, ga waras: “Sudah mau married koq memutuskan berhenti dari pekerjaan, istri mau dikasih makan apa, bagaimana kamu menjamin kehidupan keluarga nantinya?” Orang tua meragukan keputusan saya tersebut. Bahkan calon istri menjadi kuatir dengan pilihan saya tersebut.

Flash back sedikit, keputusan saat itu diambil karena PASSION pada profesi yg saya putuskan utk geluti. Mungkin terdengar lucu tetapi itulah, PASSION dan KOMITMEN yang kuat pada profesi tersebut membuat saya memantapkan pilihan menjadi seorang entrepreneur.

Saya akui tidak mudah ketika berganti profesi dan memang saat itu saya mengalami masa-masa terkelam dalam hidup saya, termasuk biaya pernikahan harus saya cicil 6x.

Tetapi saya belajar bahwa pencapaian luar biasa hingga hari ini adalah karena pengelolaan pikiran dan perasaan yg EFEKTIF dan itulah yg ingin saya sharing-kan. Pengelolaan pikiran dan perasaan yg EFEKTIF membuat saya tetap termotivasi dan berada dalam performa puncak.

TIPS 1: SAYA
Ya, SAYA, bukan KITA, bukan KAMU, bukan ORANG LAIN. Saya yg secara sadar berpikir, saya yg berkata-kata/berucap/memilih kata-kata yg mau saya ucapkan, saya yg melakukan/bertindak, seharusnya sayalah juga yg bertanggung jawab atas hasilnya/pencapaian saya tersebut.

Tetapi seringkali ketika tidak mencapai hasil yg diinginkan, ’saya’ mulai menyalahkan atasan yg kurang perhatian, bawahan yg tidak support, rekan kerja yg cuek, situasi kondisi penetrasi pasar yg sulit, daya beli masyarakat melemah, peraturan pemerintah yg tidak kondusif, kompetitor yg menggurita, de-el-el. Ketika berhadapan dengan klien, pelanggan, nasabah, seringkali kita mendengar: ”Dasar nasabah bawel! Dasar klien yg tidak tahu aturan! Dasar pelanggan tidak tahu diri, maunya menang sendiri! Gara-gara kamu, saya jadi bete! Gara-gara kamu, mood kerja saya jadi jelek seharian ini!”

Lah, kalau begitu, mood saya, bete saya, perasaan saya, diatur oleh pihak eksternal dong?! ”Kan gara-gara mereka, saya tidak capai target! Gara-gara mereka, saya jadi bete!”
Ketika anda mulai tidak in-control atas diri anda, berarti anda perlahan mulai membiarkan pihak lain yg in-control atas diri anda.
Seperti cerita berikut:

Seorang pasien di RSJ yg menganggap dirinya adalah sebutir jagung dan takut utk keluar RSJ karena akan bertemu dengan ayam-ayam yg pasti akan mematuk dan memangsa dirinya.

Tahun demi tahun dilakukan terapi untuk mengembalikan kepercayaan dirinya dan menyadarkan bahwa dirinya adalah seorang manusia.

Tahun pertama, dia masih menganggap dirinya sebagai sebutir jagung dan takut utk keluar RSJ. Tahun kedua, mulai ada kemajuan, walau dia masih menganggap dirinya sebutir jagung, tapi sudah berani utk berjalan-jalan di areal sekitar RSJ. Tahun ketiga, berani keluar areal RSJ dengan ditemani seorang perawat walau masih sangsi apakah dirinya benar-benar seorang manusia. Tahun keempat, dia mulai percaya bahwa dirinya adalah seorang manusia.

Di akhir tahun keempat, dokter yang puas akan kemajuan pasien tersebut, merekomendasikan utk melepaskan pasien tsb dan membiarkannya kembali bersosialisasi dengan masyarakat.

Sebelum menandatangani surat rekomendasi pelepasan, sekali lagi dokter bertanya kepada pasien tsb: “Saudara masih merasa sebagai sebutir jagung atau seorang manusia?” Jawab pasien tsb dengan tegas: “Saya adalah seorang manusia!” kemudian sambungnya dengan lirih: “Apakah ayam-ayam tsb juga tahu bahwa saya adalah seorang manusia?”

Yang menentukan pasien tsb adalah seorang manusia adalah dirinya sendiri dan bukannya ayam-ayam tsb, ya?!

Ketika saya mengambil tanggung jawab bahwa saya yg memilih akan merespon seperti apa terhadap suatu kejadian, saya sadar bahwa saya in-control. Saya yg memilih apakah saya akan marah ATAU sedih ATAU kecewa ATAU mengumpat ATAU menyalahkan orang lain ATAU mencari 1001 alasan ATAU senang ATAU tertawa dan atau-atau lainnya.

Ketika orang menyalip dan menyerobot, saya bisa memilih utk mengumpat, balas mengejar, ATAU berkata: “Barangkali dia lagi kebelet.” “Pendidikannya memang rendah makanya begitulah cara dia menyetir.” “Mungkin ada sanak saudaranya yg lagi emergency.” De-el-el.

Ketika pelanggan, klien, nasabah komplain dan marah-marah, saya bisa memilih utk membalasnya dengan emosi ATAU mencoba cara/pendekatan yg berbeda ATAU mencari tahu jangan-jangan ada postur, gesture, bahasa tubuh, ucapan yang menantang dan membuat dia marah.

Ketika bangun pagi, saya bisa memilih utk melanjutkan tidur lagi karena ada gambar-gambar, suara-suara, feeling-feeling yg membuat malas dan tidak termotivasi berangkat kerja ATAU mengubah dan memilih ‘channel’, image, suara yg membuat saya bersemangat dan termotivasi utk berangkat kerja.

Saya menyadari bahwa MOTIVASI datangnya dari apa yg saya ISIkan di kepala saya setiap harinya, apa yg saya PUTAR, REWIND, FORWARD, REPLAY, TUMPUK di 'teater' kepala saya, apa yg saya DENGAR, AMPLIFY/PERKUAT di 'teater' kepala saya. Apa yg saya ISIkan akan mempengaruhi OUTPUTnya. Jadi kalau mau OUTPUTnya POSITIF dan BERMANFAAT, yg saya ISIkan tentunya adalah HAL-HAL yg BERMANFAAT.

Saya yg bertanggung jawab untuk mengisikan hal-hal bermanfaat tsb ke ‘teater’ kepala saya dan itu saya lakukan secara SENGAJA. Ya, secara SENGAJA, karena mood, great feeling, motivasi tidak datang begitu saja. Saya yg harus men-STIMULASI-nya dengan SENGAJA!

Lagu MY HEART WILL GO ON (Celine Dion) dan I FEEL GOOD (James Brown) pasti memberikan efek yg berbeda kepada perasaan Anda, kepada gambar/image yg timbul di benak Anda, ya?!
Sinetron percintaan, cerita ibu tiri yg kejam, film horor, serial kriminal pasti akan memberikan efek yg berbeda dibanding Anda menonton acara motivatalk atau komedi humor.

Kalau begitu Anda tahu sekarang, bahwa Andalah yg bertanggung jawab utk mengisikan hal-hal yg bermanfaat utk mendapatkan output yg bermanfaat pula! Bukan SAYA, KITA, ataupun ORANG LAIN!
Dalam konteks cerita saya, ketika saya down, yg saya katakan adalah: “Bukankah ini adalah sesuatu yg kamu sukai, PASSION kamu. Kalau kamu menyukainya, kenapa kamu down?” Image yg saya munculkan adalah wajah audience yg tersenyum puas dan mengangguk-angguk serta acungan dua jempol. Audio yg saya munculkan adalah tepuk tangan meriah audience dan kata-kata: “Luar biasa sekali Pak! Menginspirasi sekali! WOW!”

Bandingkan dengan image yang saya munculkan adalah bahwa peserta pelatihan akan ‘sulit’, tidak mau mendengarkan, tidak kooperatif, merasa ‘sok pintar’, suara-suara yang terdengar adalah nada ketidakpuasan, sibuk mengobrol sendiri, dering HP, de-el-el. 

Kalau image tsb yg Anda munculkan, bagaimana pikiran dan perasaan Anda? Apa yg muncul di benak Anda? Apa yg Anda dengar? Apa yg Anda rasakan? BEDA, ya?!

Motivasi teman Facebook

Walapun belum melakukan survey secara mendalam, rasanya lebih dari 50 persen teman facebook saya pernah menuliskan Kata Motivasi di status facebook mereka. Biasanya mereka mengutip kata motivasi terkenal oleh Zig Ziglar, termasuk juga kata-kata penyemangat dari Pak Mario Teguh, dan sebagainya. Jadi, jika Anda punya banyak teman di facebook maka anda tak akan kekurangan sumber motivasi, tinggal amat-amati saja status facebook teman-teman Anda. Tapi kalo semua temau itu status facebooknya semua negatif-negatif saja, atau notifikasi game saja, itu berarti saatnya ganti teman bro! hehe..

Agar kita tetap termotivasi, maka memang lebih mudah jika kita berada di lingkungan yang memberikan banyak motivasi. Ganti teman maksudnya bukan musuhan dan berhenti jadi teman atau memutuskan persaudaraan, melainkan hanya ganti fokusnya saja, agar motivasi yang mestinya tumbuh dalam diri kita tidak selalu digerogoti teman-teman yang negatif itu.

Akan lebih bagus lagi memang, kalau kita juga bisa ikut Andil memperbaiki motivasi dalam diri teman-teman kita, termasuk teman di facebook. Sipp ya?

Faktor Keberuntungan

Keberuntungan bisa diraih dan bisa menjadi milik semua orang

Seorang petani memiliki seorang anak laki-laki dan seekor kuda. Suatu ketika anak petani terjatuh dari kuda dan kakinya menjadi pincang. Si petani menjadi sangat sedih dan menyesali betapa malang nasibnya mempunyai anak laki-laki yang pincang.

Tidak lama kemudian terjadi perang, dan para pemuda diwajibkan mengikuti dinas militer bela negara. Banyak pemuda yang gugur karena perang tersebut, namun beruntung sang petani karena anaknya pincang, ia ditolak ikut wajib militer.

Apa yang kita pelajari dari kisah tersebut? Peristiwa baik atau buruk, ternyata bukan faktor penentu keberuntungan kita. Tapi bagaimana respons kita menghadapinya.

Di tahun 2010 ini, mungkin banyak yang diharapkan, namun banyak hal pula yang dapat terjadi. Bagaimana sikap kita untuk mengelola keberuntungan kita?

Mencari Peruntungan
Saat ini banyak tawaran menarik yang tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Bagaimana cara mendapat untung sekejap, dari yang masuk akal hingga yang paling nonsense. Anehnya, banyak juga orang yang mau sukarela ditipu demi iming-iming keuntungan. Mulai dari arisan, bisnis uang hingga multilevel yang tidak jelas.
Ada lagi yang memakai cara-cara klenik dan tebak-tebakan ramalan untuk mencari peruntungan dan nasib yang mujur. Tanpa sadar hanya menyeret kita kepada ketidak pastian hidup dan frustasi yang berkepanjangan. Karena kita dicobai oleh keinginan sendiri yang tidak tunduk kepada hikmat dan sikap takut kepada Tuhan.

Padahal setiap pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna pasti berasal dari Tuhan. Karena Tuhan selalu menginginkan agar kita beruntung dan berhasil dalam usaha dan setiap jerih lelah kita.

Faktor Keberuntungan
Ada empat pilar utama yang dapat menjadi faktor keberuntungan kita.

1. Faith : fromnothingtothing(dari nihil menjadi berarti)
Karena iman kita memahami bahwa alam semesta telah dijadikan oleh fiman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah dijadikan dari apa yang tidak dapat kita lihat. Iman membangun daya cipta dan kreatifitas kita. Iman menerobos kemungkinan dan peluang. Iman adalah keyakinan akan penggenapan janji Tuhan. Iman bukan mimpi, tapi bagaimana mewujudkan potensi dan talenta yang ada pada kita dengan dasar.

2. Hope: fromtribulationtotriumph (dari
Keberuntungan bisa diraih dan bisa menjadi milik semua orang
Seorang petani memiliki seorang anak laki-laki dan seekor kuda. Suatu ketika anak petani terjatuh dari kuda dan kakinya menjadi pincang. Si petani menjadi sangat sedih dan menyesali betapa malang nasibnya mempunyai anak laki-laki yang pincang.
Tidak lama kemudian terjadi perang, dan para pemuda diwajibkan mengikuti dinas militer bela negara. Banyak pemuda yang gugur karena perang tersebut, namun beruntung sang petani karena anaknya pincang, ia ditolak ikut wajib militer.
Apa yang kita pelajari dari kisah tersebut? Peristiwa baik atau buruk, ternyata bukan faktor penentu keberuntungan kita. Tapi bagaimana respons kita menghadapinya.
Di tahun 2010 ini, mungkin banyak yang diharapkan, namun banyak hal pula yang dapat terjadi. Bagaimana sikap kita untuk mengelola keberuntungan kita?
Mencari Peruntungan
Saat ini banyak tawaran menarik yang tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Bagaimana cara mendapat untung sekejap, dari yang masuk akal hingga yang paling nonsense. Anehnya, banyak juga orang yang mau sukarela ditipu demi iming-iming keuntungan. Mulai dari arisan, bisnis uang hingga multilevel yang tidak jelas.
Ada lagi yang memakai cara-cara klenik dan tebak-tebakan ramalan untuk mencari peruntungan dan nasib yang mujur. Tanpa sadar hanya menyeret kita kepada ketidak pastian hidup dan frustasi yang berkepanjangan. Karena kita dicobai oleh keinginan sendiri yang tidak tunduk kepada hikmat dan sikap takut kepada Tuhan.
Padahal setiap pemberian yang baik dan anugerah yang sempurna pasti berasal dari Tuhan. Karena Tuhan selalu menginginkan agar kita beruntung dan berhasil dalam usaha dan setiap jerih lelah kita.
Faktor Keberuntungan
Ada empat pilar utama yang dapat menjadi faktor keberuntungan kita.
1. Faith : fromnothingtothing(dari nihil menjadi berarti)
Karena iman kita memahami bahwa alam semesta telah dijadikan oleh fiman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah dijadikan dari apa yang tidak dapat kita lihat. Iman membangun daya cipta dan kreatifitas kita. Iman menerobos kemungkinan dan peluang. Iman adalah keyakinan akan penggenapan janji Tuhan. Iman bukan mimpi, tapi bagaimana mewujudkan potensi dan talenta yang ada pada kita dengan dasar.
2. Hope: fromtribulationtotriumph (dari kesengsaraan kepada kemenangan)
Seseorang mungkin bisa kehilangan segalanya, namun ia tetap mampu berjuang jika masih memiliki harapan. Sebaliknya ada orang yang mungkin memiliki segalanya, tapi bagaimanapun ia pasti gagal jika kehilangan pengharapan. Pengharapan sanggup mengubah kesengsaraan menjadi suatu kemenangan. Pengharapan membuahkan ketekunan yang memampukan kita melewati berbagaiujian dan tekanan untuk meraih kesuksesan.
3. Love: fromGod and man
(dari Allah dan manusia)
Allah adalah kasih. Orang yang telah menerima kasih Allah akan memiliki sumber kasih itu sendiri. Kasih membuka hati dan kesempatan. Orang yang dibenci pasti sulit beruntung, karena banyak peluang akan tertutup baginya. Kasih membawa damai sejahtera. Orang yang hidup dalam kasih pasti memiliki kesempatan dan peluang kesuksesan karena memiliki integritas dan empati.
4. Fearof God : fromknowledgetowisdom(dari pengetahuan kepada hikmat)
Apa bedanya antara pengetahuan dan hikmat? Pengetahuan merupakan sesuatu yang dikenal dan diketahui saja. Sedangkan hikmat merupakan pemahaman yang benar dengan cara, waktu, orang, tempat dan situasi penerapan yang tepat. Hikmat didasari oleh kerendahan hati dan pengakuan akan kedaulatan Tuhan. Hikmat adalah melakukan dengan setia dan tepat segala jalan dan hukum-hukum Tuhan. Janji Tuhan kepada orang yang melakukan firman Tuhan dengan berhati-hati adalah keberhasilan dan keberuntungan.
)
Seseorang mungkin bisa kehilangan segalanya, namun ia tetap mampu berjuang jika masih memiliki harapan. Sebaliknya ada orang yang mungkin memiliki segalanya, tapi bagaimanapun ia pasti gagal jika kehilangan pengharapan. Pengharapan sanggup mengubah kesengsaraan menjadi suatu kemenangan. Pengharapan membuahkan ketekunan yang memampukan kita melewati berbagaiujian dan tekanan untuk meraih kesuksesan.

3. Love: fromGod and man
(dari Allah dan manusia)
Allah adalah kasih. Orang yang telah menerima kasih Allah akan memiliki sumber kasih itu sendiri. Kasih membuka hati dan kesempatan. Orang yang dibenci pasti sulit beruntung, karena banyak peluang akan tertutup baginya. Kasih membawa damai sejahtera. Orang yang hidup dalam kasih pasti memiliki kesempatan dan peluang kesuksesan karena memiliki integritas dan empati.

4. Fearof God : fromknowledgetowisdom(dari pengetahuan kepada hikmat)
Apa bedanya antara pengetahuan dan hikmat? Pengetahuan merupakan sesuatu yang dikenal dan diketahui saja. Sedangkan hikmat merupakan pemahaman yang benar dengan cara, waktu, orang, tempat dan situasi penerapan yang tepat. Hikmat didasari oleh kerendahan hati dan pengakuan akan kedaulatan Tuhan. Hikmat adalah melakukan dengan setia dan tepat segala jalan dan hukum-hukum Tuhan. Janji Tuhan kepada orang yang melakukan firman Tuhan dengan berhati-hati adalah keberhasilan dan keberuntungan.

Yang Pertama Merubah Dunia

  1. MP3 Player Pertama Di Dunia (1998): MPMan 32MB
Dirilis pada tahun 1998, Eiger Labs MPMan adalah MP3 Player pertama di dunia, dengan memori internal 32MB - expandable to 64MB. Tersedia dalam model F10 atau F20, yang terakhir dengan kompatibilitas SmartMedia, player ini seharga $ 69 + shipping. Ukurannya 91 x 70 x 16.5 mm.
  1. Teka-Teki Silang Pertama Di Dunia (1913): oleh Arthur Wynne
Pada tahun 1913, Arthur Wynne memiliki tugas merancang halaman teka-teki mingguan for Fun, komik delapan halaman bagian dari New York World, sebuah koran besar dari waktu. Ketika ia menciptakan apa yang disebut Word-Cross untuk edisi Natal, yang diterbitkan di 21 Desember, ia tidak tahu bahwa ia akan memulai sebuah kegemaran baru di seluruh dunia.
  1. Microprocessor Pertama di Dunia (1971): Intel 4004
Pada bulan November 1971, sebuah perusahaan bernama Intel memperkenalkan mikroprosesor chip tunggal pertama, Intel 4004 (US Patent # 3.821.715), diciptakan oleh insinyur Intel Federico Faggin, Ted Hoff, dan Stan Mazor. Setelah penemuan sirkuit terpadu ini yang kemudian merevolusi desain komputer. Intel 4004 membuat sirkuit terpadu maju satu langkah lebih jauh dengan menempatkan semua bagian yang membuat komputer berpikir (misalnya central processing unit, memori, input dan output kontrol) pada satu chip kecil.
  1. Majalah Pertama Di Dunia (1731): The Gentleman's Magazine
The Gentleman's Magazine, pertama kali diterbitkan pada tahun 1731, di London, dianggap telah menjadi majalah pertama. Edward Cave, yang mengedit The Gentleman's Magazine di bawah nama pena "Sylvanus Urban", adalah orang pertama yang menggunakan istilah "majalah", di analogi dari sebuah gudang militer dari berbagai material, yang aslinya berasal dari bahasa Arab makazin "gudang". Dan berhenti terbit pada bulan September, 1907.

Lubangnya Terlalu Dalam

Aha… Hari ini saya mau membagikan sebuah kisah yang saya dapat dari guru spiritual saya. Cerita inspirasi ini memberikan banyak manfaat pada saya. Dan sesuai kodratnya, saya bagikan pada pemirsa semua hari ini. Saya harap bila pemirsa mendapatkan manfaat juga setelah membaca cerita ini, silahkan bagikan juga pada teman-teman, keluarga, adik kakak, nini teteh, paman bibi, asuk a i, om tante, atau siapapun yang pemirsa pikir itu akan bermanfaat juga baginya. Demikian cerita inspirasinya saya bawakan ya ..
Seseorang suatu hari berjalan dalam hutan dan melihat sebuah lubang. Di dasar lubang itu ada harta karun senilai ratusan juta. Ia mencondongkan badannya dan berusaha mengambil harta itu, tapi lubangnya terlalu dalam. Ia lebih mencondongkan badannya lagi dan mengulurkan tangannya, tapi masih saja ia tak mampu menjangkau harta itu. Lalu ia mengeluh,” Lubangnya terlalu dalam, lubangnya terlalu dalam…”
Orang lain datang ke sana dan bertanya,” Ada apa kawan?” Orang pertama pun menjawab,”Lihatlah ada harta karun di bawah sana, tapi saya tak bisa menjangkaunya, lubangnya terlalu dalam.” Lalu orang kedua berkata pada orang pertama ini,” Coba minggir, akan saya tunjukkan padamu apa masalahnya.” Ia mengambil sebatang galah. “Masalahnya bukan lubangnya yang terlalu dalam, tapi tanganmu yang terlalu pendek. ” Ia menjulurkan galah di tangannya dan mengambil harta itu lantas pergi.
Nah, apa makna dari cerita inspirasi ini? Ketika kita mengeluh ” lubangnya terlalu dalam” kita tidak melalukan apapun untuk memperbaikinya. Kita terus menerus mengeluh dan berpikir negatif. Dan akhirnya tidak akan mendapatkan apa-apa. Faktanya lubang itu tidak pernah terlalu dalam, tangan kitalah yang pendek. Kita selalu bisa mengulurkan lengan dengan bantuan galah. Daripada selalu mengeluh, lebih baik kita berpikir positif dan melakukan sesuatu yang bisa mengubah keadaan, dengan cara mengubah cara kita berpikir dan bersikap.
Nah, artikel ini saya sharingkan menjelang isu kenaikan BBM oleh pemerintah per tgl 1 April. Kita semua tentunya tidak menginginkan hal ini. Namun kita sulit juga untuk mengubah pemerintah. Pemerintah bisa jadi punya kebijakan tersendiri. Nah, daripada kita mengeluhkan, BBM naik, BBM naik, lebih baik kita mengubah cara kita berpikir dan bersikap. Ini yang bisa kita lakukan. Saya ingat ada pepatah lama yang berbunyi : “Saya ingin mengubah dunia. Namun ternyata setelah dicoba, tidak bisa. Saya ingin mengubah negara, juga dicoba dan tidak bisa. Saya ingin mengubah lingkungan, Saya ingin mengubah keluarga, dicoba juga tidak bisa. Dan akhirnya Saya mengubah diri saya (lubangnya terlalu dalam), dan segalanya berubah. Nah, daripada mengeluhkan, , lebih baik jadi lebih mandiri. Mulai membangun penghasilan tambahan, mulai membangun aset, mengurangi pengeluaran yang bisa dialihkan ke aset (orang merokok bisa, padahal harga rokok sama atau lebih dari harga bensin seliter, dialihkan duit untuk merokok ke hal lain, dikumpulin dijadiin tambahan modal). Saya dulu pernah juga berpikir negatif dan mengeluhkan keadaan,”keadaan lebih sulit sekarang ini. Saingan tambah banyak. Mau usaha apa ya, semua usaha sudah banyak. Kalaupun baru, nanti terus ditiru, dan banyak saingannya.” Saya dulu pernah mengeluh seperti ini. Namun, apa hasilnya? Saya tidak kemana-mana. Yang saya dapatkan hanyalah pusing. Sementara, ada orang-orang yang mulai bergerak, terus melaju, dan mereka berkembang, terus berkembang. Jadi sesungguhnya, keadaan apapun tergantung cara kita menyikapinya. Nah, setelah saya mengetahui kisah cerita inspirasi ini, saya tobat!! Saya tidak mau lagi mengeluhkan keadaan. Saya lah yang mengubah keadaan. Itu saya.. Bagaimana dengan Sahabat Pemirsa?

Peran Pendidikan Karakter Dalam Melengkapi Kepribadian

“Banyak orang tahu apa yang baik, berbicara mengenai kebaikan namun melakukan yang sebaliknya”

Pada awalnya manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara umum kepribadian ada 4 macam. Ada banyak teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna,  tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Di atas ini adalah teori yang klasik dan sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai alat tes sampai pengukuran potensi manusia.

Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda.  Nah dari ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.
Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadi.  Mudah ya, penjelasan ini.
Nah, karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).

Pada awalnya manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara umum kepribadian ada 4 macam. Ada banyak teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna,  tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Di atas ini adalah teori yang klasik dan sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai alat tes sampai pengukuran potensi manusia.

Peduli Pendidikan Karakter It Never Ends

“Ketika kehilangan kekayaan, Anda tidak kehilangan apa-apa. Ketika kehilangan kesehatan, anda kehilangan sesuatu. Ketika kehilangan karakter, anda kehilangan segala-galanya” – Billy Graham
Saat ini paling tidak ada 2 hal yang saya ketahui tidak pernah lekang oleh jaman, apa itu?
  1. Perubahan
  2. Pendidikan Karakter
Jika bicara perubahan maka, sejatinya kita yang ada hari ini, yang sedang membaca tulisan ini sudah berbeda dari diri kita yang kemarin. Berbeda dimananya? Sel tubuh kita sudah berubah, informasi yang kita terima berubah, usia kita berubah dan masih banyak hal lainnya.

Sama halnya dalam pendidikan karakter, adalah proses yang tidak tak pernah berhenti. Pemerintah boleh berganti, raja boleh turun tahta, presiden boleh berhenti masa jabatannya, namun pendidika karakter tetap harus berjalan terus. Pendidikan karakter bukanlah proyek yang ada awal dan ada akhirnya. Pendidikan karakter diperlukan tiap individu untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, warga Negara yang lebih bernilai kemanusiaan yang tinggi. Mantab!

Seperti pepatah dari negeri China “Apabila andamembuat rencana satu tahun, tanamlah padi. Apabila anda membuat rencana untuk sepuluh tahun tanamlah pohon. Apabila anda membuat rencana untuk seumur hidup didiklah orang-orang”. Pertanyaan nya adalah pendidikan apa yang patut diberikan?

Saat saya dahulu bersusah payah mengerjakan dan belajar perkalian matematika sampai 2-3 digit berserta akar pangkatnya, kini dalam keseharian saya sudah tidak terlalu relevan dengan aktivitas pekerjaan saya. jika toh saya harus berurusan dengan angka tersebut, saya tinggal buka laci dan ambil kalkulator. Menurut saya jika otak bisa digunakan untuk hal yang jauh lebih bermanfaat kenapa harus mengerjakan hal yang bisa dikerjakan barang simple ini (kalkulator). Sama halnya saat saya mengahfal selama lebih dari 12 tahun tentang sejarah, ternyata beberapa tahun yang lalu dipublikasikan bahwa sejarah di Indonesia banyak sekali kebohongan dan tidak sesuai dengan materi yang diajarkan di sekolah. Dan pendidikan yang saya pelajari itu sudah tidak begitu berguna lagi bagi saya dan sebagian banyak orang.

Saya bercerita pengalaman saya bukan berarti belajar di sekolah , ataupun pelajaran di sekolah tidak ada manfaatnya. Sangat ada manfaatnya bagi saya, apa? Saya belajar bersosialisasi, mempelajari pola pikir dan masih banyak hal lainnya.

Kembali ke topik yang terputus sesaat. Pendidikan apa yang patut diberikan? Mudah sekali, Pendidikan Karakter. Lalu pendidikan yang lain?

Pendidikan mata pelajaran lain jelas perlu, tapi berikan nuansa pendidikan karakter didalamnya. Sisipkan nilai kehidupan, nilai positif dari setiap materi dan berikan sentuhan manfaat dalam kehidupan. Misalnya mengajarkan fisika dengan bercerita tentang penemu teori atau rumus yang sedang diajarkan. Tonjolkan sikap positifnya dan ulang-ulang terus sehingga siswa tidak hanya hafal rumusnya saja tetapi nilai positif dari penemu teori tersebut.  Pertanyaannya apakah ini sudah kita kerjakan, wahai orangtua dan guru?

Ketika suatu Negara tidak menaruh perhatian terhadap pendidikan, maka Negara tersebut tidak membangaun sumber kekuatan , sumber kemajuan, sumber kesejahteraan, dan sumber martabat yang selalu bisa diperbarui, yaitu kualitas manusia dan kualitas masyarakatnya. Kualitas ini ditentukan oleh tingkat kecerdasan dan kekuatan karakter rakyatnya. Nah, disini pendidikan karakter sangat berperan penting untuk menghasilkan itu semua. Ingat, berbeda dengan sumber daya alam apabila dipakai dan dieksploitasi maka akan habis pada kurun waktu tertentu, berbeda dengan kebaikan karakter dan kecerdasan yang berkarakter, akan makin bertambah jika digunakan terus menerus.

Seperti ungkapan Ki Hajar Dewantara “Maksud pendidikan itu adalah sempurnanya hidup manusia sehingga bisa memenuhi segala keperluan hidup lahir dan batin. Yang kita dapat dari kodrat alam… pengetahuan, kepandaian janganlah dianggap maksud dan tujuan. Tetapi alat, perkakas, lain tidak. Bunganya kelak akan menjadi buah. Itulah yang harus kita utamakan. Buahnya pendidikan, yaitu matangnya jiwa, yang akan dapat mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci dan bermanfaat bagi orang lain”.

Pendidikan Karakter dari Seorang Ayah


“Satu Ayah lebih berharga dari 100 guru disekolah” – George Herbert
Ada sebuah kisah, tentang seorang ayah yang sudah terpisah lama dengan anaknya. Karena suatu hal, sang anak lari dari rumah dan sang ayah mencarinya selama berbulan-bulan tanpa hasil. Akhirnya munculah ide dari sang ayah, untuk memasang iklan di Koran, surat kabar yang paling besar dan terkenal se Ibukota.  Bunyi iklan tersebut: “Pato sayang, temui aku di depan kantor surat kabar ini, jam 12 siang hari sabtu ini. Semua sudah aku ampuni, aku mengasihimu nak”. Lalu hari yang di tunggu tiba, ternyata ada 800 orang bernama Pato berkumpul mencari pengampunan dari seorang ayah yang sangat mengasihi.
Data dari statistic mengatakan bahwa orang yang bertumbuh tanpa kasih sayang  seorang ayah akan tumbuh dengan kelainan perilaku, kecenderungan bunuh diri dan menjadi criminal yang kejam.  Sekitar 70% para penghuni penjara dengan hukuman seumur hidup adalah orang yang bertumbuh tanpa ayah (tanpa kedekatan emosional dari ayahnya).
Ada 2 hal penting rahasia sukses dari seorang ayah yang bisa diturunkan kepada anaknya. Apa itu?
1. Pelajaran Untuk Survival. Dari ayah kita akan belajar mengenai pelajaran yang sangat kompleks tentang bertahan hidup. Kenapa kompleks, sebab banyak hal yang perlu di “jaga” kestabilannya dalam hidup. Dalam keluarga, bagaimana ayah berperan dalam keluarga, memperlakukan ibu kita – yang kelak akan kita contoh dan duplikasi kepada pasangan kita. Membantu membesarkan hati anak jika ada masalah – kelak akan kita lakukan juga pada anak kita (ingat menjadi orangtua tidak ada sekolahnya, kita hanya mencontoh apa yang orang tua kita lakukan kepada kita). Kehidupan ekonomi keluarga, bagaimana ayah berperan dalam hal memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam hal bertahan hidup kita akan belajar dari seorang ayah.
2. Masalah Karir. Yang satu ini adalah penting jika kita ingin sukses secara financial dan karir, maka perbaiki hubungan kita dengan ayah (bagi yang sudah besar) bagi kaum ayah muda, berelasilah dengan baik dengan anak anda. Kenapa? Dari seorang ayah, akan “diturunkan” kemampuan berkarir dan mendapatkan kemudahan dalam karir. Ingat yang point pertama, secara mendasar kita belajar survival dan dalam urusan bekerja seorang ayah adalah “mesin pencetak uang”. Relasi yang baik antara ayah dan anak akan sangat membantu sang anak untuk menuai sukses dikemudian hari saat dia memasuki dunia kerja.
Banyak klien saya yang hubungan dan relasinya hancur dengan sang ayah sejak lama, kemudian dengan segala kerendahan hatinya memulai hubungan yang baru dan saling memaafkan maka rejekinya juga berubah. Disamping itu juga Doa seorang ayah untuk anaknya bagaikan “turbo” untuk kesuksesan seorang anak. Bahkan doa yang benar-benar dilakukan seorang ayah, mampu mengubah karir seorang anak jauh melampaui karirnya sang ayah. Banyak kasus terjadi di dalam ruang terapi saya, pekerjaan yang buntu hanya perlu berbaikan pada sang ayah. Mudah bukan?
Figur seorang Ayah adalah figur yang sangat penting dijaman sekarang ini. Karena banyak sekali anak yang kehilangan figur seorang ayah dan mencari perhatian ayahnya dengan melakukan apa yang kita sebut “kenakalan”.
“Kulakukan ini semua untuk keluarga” adalah jawaban klasik yang muncul di mulut kebanyakan ayah, “saya bekerja untuk siapa kalau bukan untuk keluarga”, tetapi yang sering terjadi adalah keluarga menjadi korban. Maunya yang terbaik buat keluarga tetapi keluarga jadi korbannya kelak dan dimasa tuanya terjadi kebingungan, kenapa keluarga kok amburadul semua, “salah dimana?” Ya tentunya anda sekalian tahu dimana letak salahnya, bukan.
Seorang manusia, akan mempunyai kehidupan yang maksimal jika “dia diampuni dan mau mengampuni”. Ini adalah dasarnya. Bagi anda seorang ayah, maukah anda mengampuni anak dan minta maaf kepada anak untuk kebaikannya kelak dikehidupan masa depan? Dan anda sendiri sebagai ayah akan menjadi ayah yang sangat maksimal bagi keluarga dan lingkungan sekitar anda.
Para Ayah, anda sangat dirindukan dan dibutuhkan anak-anak anda untuk bekal kehidupan di masa depannya. Jangan habiskan seluruh energy dan waktu di tempat kerja, sehingga waktu dirumah hanyalah sisa energy dan duduk menonton tv atau membaca koran. Seorang anak perlu pelukan dan telinga dari ayahnya untuk mendengar, mengerti apa yang diceritakan sang anak.
Ajarkan kebenaran tentang moral dan sopan santun dan tentunya para ayah tidak akan menyesal kelak dalam kehidupan dewasa sang anak akan mengamalkan didikan dari sang ayah.
“Seorang ayah mampu membantu menggerakan perekonomian dunia dan mensejaterahkan kehidupan yang lebih layak untuk kehidupan di BUMI ini”

Pentingnya Pendidikan Karakter


“Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk 275 juta penduduk Indonesia”
Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
  • 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
  • 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
  • 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
  • Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas
Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para pejabat Negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.
Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?
Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 2011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan.
Walau tidak semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. Saya berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang maksimal. Saya tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan secara tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu didalam diri atau diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah” lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan disekolah, agar proses anak menjalani kehidupan  di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup  terpenjara oleh keyakinannya yang salah.
Baiklah kembali lagi ke topik, Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?
Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)