Makalah Pengantar Bisnis


Makalah Pengantar Bisnis - Pengantar bisnis ialah salah satu mata kuliah dalam ekonomi, baik ekonomi akuntansi maupun ekonomi manajemen. Nah contoh makalah Pengantar bisnis ini adalah salah satu acuan buat para sahabat untuk belajar ekonomi, khususnya materi pengantar bisnis.
BAB I
PEMBAHASAN
A.      LATAR BELAKANG
Suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya selalu menggunakan struktur organisasi sebagai wadah segala kegiatannya, tetapi untuk penerapan sistem struktur organisasinya tergantung dari kondisi perusahaan yang bersangkutan. Hal ini merupakan suatu masalah bagi setiap perusahaan dalam menerapkan struktur organisasi mana yang cocok sehingga untuk itu setiap perusahaan membutuhkan waktu dan pengamatan (analisis) yang khusus dalam memilih sistem struktur organisasi yang tepat dan sesuai.
Sistem struktur organisasi ditinjau dari strukturnya sangat beragam dan kompleks. Pada dasarnya sistem ini melibatkan hubungan antara Pemilik, Konsultan Perencana dan Kontraktor, yang mana di dalam unsur pemilik berkembang beberapa divisi manajemen yaitu Human, Resources Department, Marketing Management, Management Information System, Production Management dan Construction Management, yang pada operasionalnya sangat membantu pemilik dalam menjalankan tugas-tugas dan fungsi-fungsinya. Sistem struktur organisasi ini sangat bermanfaat pada perusahaan-perusahaan besar (khususnya perusahaan developer) sebagai bahan perbandingan kajian terhadap sistem struktur organisasi yang digunakannya.

A.    RUMUSAN MASALAH
a)      Jelaskan bagian-bagian dari strukrur organisasi?
b)      Bagaimana metodeMembentuk tugas & fungsi?
c)      Jelaskan Macam/Jenis Bentuk-Bentuk Struktur Organisasi / Departementalisasi Perusahaan Bisnis?
d)     Bagaimana Penerapan Sistem Struktur Organisasi dalam Perusahaan?
e)      Perlukah stuktur organisasi di perusahaan kecil?

B.     TUJUAN
a)     Dapat mengetahui bagian dari stuktur organisasi
b)   Agar dapat memahami metode membentu tugas & fungsi
c)     Dapat mengetahui macam/jenis bentuk-bentuk struktur organisasi / depertementalisasi perusahaan bisnis
d)    Agar kita dapat memahami penerapan struktur organisasi dalam perusahaan
e)     Agar kita dapat mengetahui stuktur organisasi di perusahaan kecil

















BAB II
PEMBAHASAN
A.   Struktur organisasi pada perusahaan
Struktur organisasi suatu perusahaan  digambarkandalam suatu baganorganisasiyang merupakan  diagram dan  memperlihatkan  interaksi,tugas  dantanggungjawabmasing-masing karyawan.Pada struktur organisasi terkandung alur perintah yang mengidentifikasi jabatan pekerjaan yang harus dipertanggungjawabkan oleh masing-masing karyawan atas berbagai       kegiatan serta komunikasinya dengan unit yang lainnya.





B.     Metode Membentuk Tugas & Fungsi

1.    Departemen perFungsi
Yaitu perusahaan  mengalokasikan tugas dan tanggung jawab sesuai fungsi para karyawanseperti:fungsikeuangan,pemasaran,produksidanlainnya.Sistemini  sesuai     bagiperusahaan      yang       memproduksihanya satuataubeberapa produk,terutamajikaparamanajerberkomunikasilintasfungsi.
2.      Depertemen per produk
Yaitu tugas dan tanggung jawab dibagi menurut tipe produk yang dihasilkan. Siseminiumumnya diterapkan  pada perusahaan yang besar dengan banyak produk.Setiapdivisiproduk mempunyaidivisipemasaran,   keuangandan produksisendirie
3.                 Depertemen per lokasi
Yaitu tugas dan tangungjawab dibentuk perlokasi dengan mendirikan kantor regional,tujuannya untuk mengeloladaerah geografis yang spesifik.Jikasuatu perusahaan membuat departemen perlokasi,biaya yang timbul  disetiap lokasi lebih mudah diperkirakan dan perusahaan dapat mengidentifikasilokasi yang memperlihatkan kinerja yang memuaskan.
4.        Deperteman per pelanngan
Yaitu perusahaan membuat divisi terpisah sesuai dengan tipe pelanggan, sepertidivisi penjualan online,penjualan korporasi dan lain sebagainya.

C.   Macam/Jenis Bentuk-Bentuk Struktur Organisasi / Departementalisasi Perusahaan Bisnis
Pegawai atau karyawan dalam suatu perusahaan terhubung dalam suatu kesatuan strukt yang menyatu dengan tujuan agar pekerjaan yang ada dapat terselesaikan dengan lebih baik dibandingkan tanpa adanya pembagian bagian tugas kerja.Untuk melakukan pengumpulan orang-orang dalam suatu unit, divisi, bagian ataupun departemen dengan tugas pekerjan yang berkaitan diadakan kegaitan departementalization atau departementalisasi.Pembagian departemen atau unit pada struktur organisasi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam :
1. Departementalisasi Menurut Fungsi
Pada pembagian ini orang yang memiliki fungsi yang terikat dikelompokkan menjadi satu. Umum terjadi pada organisasi kecil dengan sumber daya terbatas dengan produksi lini produk yang tidak banyak. Biasanya dibagi dalam bagian keuangan, pemasaran, umum, produksi, dan lain sebagainya.
2. Departementalisasi Menurut Produk / Pasar
Pada jenis departementalisasi ini orang-orang atau sumber daya yang ada dibagi ke dalam departementalisasi menurut fungsi serta dibagi juga ke dalam tiap-tiap lini produk, wilayah geografis, menurut jenis konsumen, dan lain sebagainya.
3. Departementalisasi Organisasi Matrix / Matriks
Bentut organisasi matriks marupakan gabungan dari departementalisasi menurut fungsional dan departementalisasi menurut proyek. Seorang pegawai dapat memiliki dua posisi baik secara fungsi maupun proyek sehingga otomatis akan memiliki dua atasan / komando ganda. Proyek  diadakan secara tidak menentu dan sifatnya tidak tetap.

D.   PENERAPAN SISTEM STRUKTUR ORGANISASI PADA PERUSAHAAN

1.      Struktur Organisasi Fungsional
Struktur organisasi fungsional terdiri dari Bagian Pemasaran, Bagian Produksi, Bagian Personalia dan Bagian Pembelanjaan serta Bagian Umum. Pada struktur organisasi fungsional apabila ada seseorang yang diserahi tugas untuk mengelola suatu proyek biasanya orang tersebut sudah terlanjur setia pada bagian mana dia dahulu bekerja. Oleh karena itu seyogyanya offing tersebut tidak memanfaatkan menarik seluruh orang-orang dari bagiannya dahulu, tetapi sebaiknya juga menarik orang-orang pada bagian lain yang mampu sehingga pengalaman dan pengetahuan dapat dinikmati bersama.sepenuhnya di bawah kekuasaannya Semakin banyak proyek maka semakin ban yak pula duplikasi fungsi. Semakin banyak proyek maka semakin banyak pula duplikasi fungsi. Selain itu para karyawan akan ragu di mana dia akan ditempatkan bila pelaksanaan proyek sudah selesai. Sebaliknya manajer bagian mungkin akan khawatir bila personilnya ditarik ke proyek-proyek. Pemanfaatan personil-personil yang fungsional akan menjadi tidak efektif dan efisien. Oleh karena itu diciptakanlah apa yang disebut struktur organisasi matriks.

2.      Organisasi Struktur Proyek
Pada hakekatnya struktur organisasi proyek bermula dari organisasi fungsional. Pengelola proyek dari suatu bagian meminta agar orang–orang fungsional yang bekerja pada proyek benar–benar pindah untuk bekerja sepenuhnya dibawah kekuasaannya.
3.       Struktur Organisasi Matriks
Organisasi matriks biasanya diciptakan berdasarkan kebaikan-kebaikan organisasi fungsional dan organisasi proyek. Para ahli/staf dihimpun berdasarkan fungsinya untuk mengerjakan proyek tertentu. Dalam hal ini dibentuk bagian manajemen proyek secara tersendiri.
Masing-masing bagian secara struktural tidak boleh mempunyai proyek. Walaupun demikian berbagai proyek masih dapat dilakukan oleh perusahaan.Kesulitannya disini ialah bahwa organisasi matriks biasanya hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar dan bila sistemnya tak lancar dapat menimbulkan pertentangan dan kesenjangan antara bagian fungsional dan bagian manajemen proyek
4.       Organisasi Usaha
Jenis organisasi ini biasanya dipakai pada perusahan-perusahan besar dimana sering muncul proyek penelitian dan pengembangan produk. Pada kelanjutannya akan dibentuk organisasi fungsional di dalam perusahaan tersebut dengan maksud agar kegiatan dapat mandiri dan luwes dengan sumber daya manusia serta dana tersendiri. Dalam hal ini, kerjasama antara teknisi, peneliti dan para ahli pemasaran perlu dibina terutama pada saat permulaan pengembangan produk.
5.       Organisasi Tim Kerja
Bentuk organisasi ini biasanya dimanfaatkan untuk menanggulangi proyek-proyek yang muncul secara tiba-tiba atau belum direncanakan dan sifatnya ad hoc (sementara). Para anggota organisasi ini biasanya merupakan personil-personil senior dan tidak dibebaskan dari pekerjaan rutinnya. Namun dengan bekal pengalaman yang ada, biasanya mereka lebih mampu dan tenang dalam menanggulangi persoalan yang timbul secara mendadak.
Barrie dan Paulson (1984) membagi struktur organisasi atas empat kelompok, yang mencakup struktur organisasi dengan pendekatan tradisional, struktur organisasi pemilik- pembangun, struktur organisasi putar kunci, dan struktur organisasi manajemen konstruksi profesional.
1. Struktur Organisasi Pendekacctan Tradisional
Dalam struktur organisasi ini pihak pemilik (owner) mempekerjakan seorang pendesain (arsitekturl designer) yang bertugas dalam mempersiapkan rencana dan spesifikasi proyek, kemudian melakukan inspeksi sampai tingkat tertentu yaitu memonitor informasi dan mengawasi perkembangan pelaksanaan konstruksi. Pembangunan konstruksi merupakan tanggungjawab kontraktor utama tunggal kepada pemilik melalui suatu perjanjian. Banyak pekerjaan pada kenyataannya boleh dikerjakan oleh kontraktor khusus individu di bawah perjanjian subkontrak dengan kontraktor utama. Biasanya perusahaan tersebut dinamakan Subkontraktor.
2. Struktur Organisasi Pemilik-Pembangun (The Owner-Builder)
Secara historis banyak sekali kota-kota atau negara-negara terutama pada bagian/dinas pekerjaan umum, badan pemerintah pusat, dan perusahaan-perusahaan swasta telah melaksanakan pekerjaan dengan kemampuan sendiri, baik mengenai pembuatan desain maupun mengenai pelaksanaan konstruksinya.
Pendekatan ini sering disebut sebagai 'force account' (Perhitungan berdasarkan kemampuan sendiri).
Para pemilik yang lain atau perwakilannya seperti biro reklamasi, dinas bangunan publik dan badan pelayanan umum (general services administration) walaupun banyak mempertahankan pertanggungjawaban manajemen dan desain konseptualnya, tetapi mereka telah memanfaatkan jasa-jasa konsultan untuk semua atau sebagian dari desain detailnya serta menyerahkan kepada kontraktor untuk mempekerjakan dan mengawasi tenaga kerjanya..
3. Struktur Organisasi Perancang-Pembangun atau Perancang-Pengelola (Putar Kunci)
Beberapa ahli membedakan pengertian antara perancang-pembangun (perancang-pengelola) dan putar kunci. Namun pada prakteknya kedua hal tersebut sering saling tertukar. Dalam metode ini keseluruhan manajemen proyek yang meliputi konsep perencanaan, perancangan, pelaksanaan konstruksi serta penyelesaian proyek biasanya ditangani oleh satu perusahaan.
Berdasarkan pengertian perancang-pembangun, pihak pembangun tidak bertindak sebagai kontraktor utama. Pihak pembangun tidak mengendalikan pekerjaan dalam satu tangan terhadap semua kontraktor. Ada suatu bentuk kontrak khusus yang dinegosiasikan antara perancang-pembangun bersama dengan pemilik dalam mengelola proyek.
4. Manajemen Konstruksi Profesional
Manajemen konstruksi profesional membentuk satu tim atas tiga kelompok utama yaitu pemilik, perancang, dan manajer konstruksi dalam suatu hubungan yang tidak saling bertentangan dan hal ini membuka kesempatan bagi pemilik untuk berperan secara penuh dalam proses pelaksanaan konstruksi.
Struktur organisasi manajemen konstruksi profesional dibagi atas dua jenis pendekatan. Pendekatan yang pertama yaitu melalui penggunaan suatu perusahaan konsultan sebagai pengawas pekerjaan para kontraktor, sedangkan pendekatan yang ke dua yaitu menggunakan jasa kontraktor utama sebagai pengawas dari seluruh pekerjaan yang disubkontrakkan.
Dari segi waktu penyelesaian proyek, kualitas pekerjaan dan dari segi pengawasan keuangan proyek maka penggunaan struktur organisasi manajemen konstruksi profesional melalui pendekatan pertama akan lebih kompetitif bila dibandingkan terhadap penggunaan struktur organisasi pendekatan ke dua. Hal ini disebabkan karena adanya pembedaan yang jelas antara tugas dan wewenang pada masing-masing unsur.

E.   Perlunya Struktur Organisasi Di Perusahaan Kecil
adapun tiga fungsi dari Struktur Organisasi untuk sebuah bisnis di perusahaan kecil yaitu
1. Menciptakan LOA (length over all)
kesuksesan untuk bisnis kita Setiap bisnis sekalipun tergolong dalam kondisi Perusahaan yang kecil pastilah juga akan menginginkan kesuksesan dalam perusahaan tersebut, oleh sebab itu untuk mendukung kesuksesan tersebut dimulai dari setiap divisi-divisi atau setiap departemen-departemen yang terkait satu dengan yang lainnya harus saling bekerjasama bantu membantu untuk mensukseskan suatu usaha atau bisnis yang ada. Contohnya adalah seperti dalam hal kerjasama dari departemen yang satu ke departemen yang lainnya.
            2. Memudahkan Pengembang Sumber Daya Manusia
Dengan struktur Organisasi maka dapat memudahkan sumber daya manusia di dalam Perusahaan tersebut bisa berkembang naik ke posisi atas dikarenakan setiap karyawan menjadi tahu kepada siapa dia harus melapor dan diposisi mana saat ini dia berada. Hal ini dapat membuat setiap karyawan dapat menjadi termotivasi untuk menentukan tujuan karir di dalam perusahaan tersebut, contohnya jikalau mereka tahu bahwa ada kesempatan jika mereka dipromosikan naik ke atas maka karyawan tersebut dapat memacu dirinya untuk dapat berprestasi lebih baik lagi dari pada sebelumnya.
3. Fungsi Delagasi
Tujuan dari fungsi delegasi adalah untuk memudahkan serta memisahkan fungsi delegasi antar setiap bagian pekerjaan, antar setiap departemen atau divisi, sekalipun rangkap jabatan masih ada namun setidaknya akan diketahui pada posisi mana kita sedang bekerja. Dengan adanya fungsi delegasi maka sangat memudahkan seorang karyawan atau atasan untuk memerintahkan tugas kepada bawahannya, sehingga hal ini juga dapat menjauhkan dari salah perintah misalnya ada atasan dari manager yang lain departemen memerintahkan seorang karyawan lain dari departemen atau divisi yang berbeda dan hal ini sangat tidak konsekuen karena tidak sesuai dengan jalur di dalam struktur organisasi. Oleh sebab itu fungsi delegasi dari atasan kepada bawahan itu harus benar-benar jelas sehingga menghindari adanya kesalahan di dalam pendelegasian.








BAB III
KESIMPULAN & SARAN
A.  Kesimpulan
1. Penerapan sistem struktur organisasi suatu perusahan tertentu tidak harus menganut satu pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang ada.
2. Sistem struktur organisasi yang digunakan oleh suatu perusahaan tertentu bisa merupakan gabungan dan beberapa pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang ada.
3. Antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya bisa memiliki sistem struktur organisasi yang berbeda. Hal ini tergantug dari kondisi dan tujuan perusahaan tersebut.
B. Saran
`                       Sebaiknya masing-masing perusahaan menerapkan sistem struktur organisasinya sesuai dengan kebutuhan serta berdasarkan kondisi dan tujuan peusahaan tersebut.















DAFTAR PUSTAKA

Angus, RB [et.al] 1997, Planning-performing and controlling projects, 2nd edition, Prentice Hall Inc., New Jersey.
Barrie, D.S.[and] Paul son, RC. 1984. Professional Construction Management, 2nd edition, McGraw Hill Inc. New York.
Degoff, RA [dan] Friedman, H.A. 1985, Comstruction Management, John Wiley & Sons, New York.
Ivancevich, J.M., Matteson, M.T., 1987, Organizational Rehavior and Management, Business Publications Inc., Texas
Thomson, CB., 1981. Developing-Marketing and Delivering Construction Management Services, McGraw Hill Inc. New York
Soekanto Reksohadiprodjo, 1983, Manajemen Proyek, BPFE, Yogyakarta
© 2004 digitized by USU digital library 13

Baca Juga







No comments: