Berasal
dari kata Yunani “educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan,
untuk dituntut agar tumbuh dan berkembang.
Dan
dalam bahasa arab dikenal dengan istilah “tarbiyah”, berasal dari kata
“raba-yarbu” yang berarti mengembang, tumbuh.
“Seperti satu benih yang menumbuhkan
tunas dan lembaganya, makin mengeras dan kokoh batangnya hingga mengagumkan
bagi banyak petani”.
Berikut
ini merupakan defenisi pendidikan dari beberapa ahli:
1. Johann Amos Comenuis. Ia berpendapat bahwa pendidikan
harus diorientasikan ke dunia sana (baka), keakhirat. Ia menekankan pendidikan
budi pekerti dan kearifan.
2. Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung :
Pendidikan ialah yang memiliki 3 macam fungsi, yaitu : 1). Menyiapkan generasi
muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang
akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival)
masyarakat sendiri 2). Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan
peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda. 3).
Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan
masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (surviral) suatu
masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan
(integrity) dan kesatuan (integration) suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup
tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan
berkesudahan dengan kehancuran masyarakat itu sendiri.
3. John Dewey, Ia penganut aliran filsafat pragmatisme. Seorang
pragmatis berpendapat bahwa suatu pengetahuan itu benar apabila pengetahuan itu
berguna dalam memecahkan masalah kehidupan. Jadi mengandung nilai praktis.
Pendidikan memiliki 2 aspek yakni aspek psikologis dan aspek sosiologis. Aspek
psikologis artinya tiap anak mempunyai daya-daya atau potensi yang harus
dikembangkan. Aspek sosiologis adalah bahwa perkembangan daya atau potensi itu
diarahkan agar bremanfaat dalam kehidupan sosial.
4. Abdul Fattah Jalal, mendefinisikan pendidikan sebagai proses
pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman
amanah, sehingga penyucian atau pembersihan manusia dari segala kotoran dan
menjadikan diri manusia berada dalam kondisi yang memungkinkan untuk menerima
al-hikmah serta mempelajari apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak
diketahuinya.
5. Ahmad D.Marimba, merumuskan pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
siterdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama.
6. Francis Bacon, ia berkeyakinan bahwa pendidikan ialah
apabila manusia ingin sarnpai pada kebenaran harus meninggalkan cara berpikir
deduktif dan beralih ke cara berpikir yang induktif. Dengan cara berpikir yang
analitik orang akan dapat membuka rahasia alam dan dengan terbukanya alam itu
kita sebagai bagian dari alam dapat menentukan sikap dan mengatur strategi
hidup. Artinya, dengan terbukanya alam kita rnanusia dapat menyesuaikan atau
memanfaatkan alam dari hidup dan kehidupan manusia.
7. Jean Baptiste La Salle, ia berpendapat bahwa pendidikan harus
tertuju kepada hal-hal yang bersifat kebakaan (keakhiratan). Di dalam
menyiasati pendidikan ia menggunakan alat pendidikan yang terkenal yakni
hukuman dan ganjaran. Ia menekankan pengajaran kelompok.
8. John Locke (1632-1704), ia seorang tabib yang ahli filsafat dan
ahli ilmu jiwa. Tentang masalah pendidikan Locke berpendapat bahwa
pendidikan itu berkuasa bahkan maha kuasa. Ia tidak percaya adanya pembawaan
(bakat). Tujuan pendidikan menurut dia adalah membetuk seseorang kasatria
(gentleman) yang saleh dan berguna bagi hidup bersama dalam masyarakat. Sebagai
seorang tabib (dokter) ia menekankan pentingnya pendidikan jasmani. Locke juga
adalah seorang deist (De = Deus = Tuhan). Tetapi ia tidak mau menerima ajaran
agama yang dogmatis (kaku, beku, lugu). Baginya agama adalah akal budi. Oleh
karenat itu ia memperhatikan pendidikan kesusilaan. Manusia harus mampu
munguasai diri sendiri dan memiliki hargadiri.
9. Menurut M.J. Langeveld ;
"Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing yang belum kepada
kedewasaan (Kartini Kartono, 1997:11).
10.Zuhairin (1982), ”Pendidikan dalam
pengertian yang luas adalah meliputi perbuatan atau semua usaha generasi tua
untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta
keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka
agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah.”
11.Friedrich Frobel (1782-1852),
sangat mencintai anak dengan dunia anak-anaknya. Dia berpendapat
bahwa Pendidikan yang benar adalah pendidikan yang memperhatikan
persesuaian antara kebutuhan dengan alam anak-anak. Perinsip pendidikan Frobel
adalah anak harus dibuat aktif, aktif bermain dan aktif bekerja serta aktif
berlatih. Perinsip didaktiknya adalah pengajaran harus dimulai dari yang
sederhana, yang gampang meningkat kepada hal-hal yang komplek, yang sulit.
12.Montessori : Asas pendidikan yang
dikehendaki Montessori adalah kebebasan/kemerdekaan. Dalam
menyiasati pendidikan (pengajaran) ia tidak setuju dengan hukuman. Hukuman
akan datang dari anak itu sendiri manakala anak itu mengalami kegagalan dan
berbuat kesalahan. Prinsip-prinsip dasar metode pengajaran Montessori ; 1)
prinsip kebebasan, 2) prinsip ilmiah, 3) prinsip keaktifan sendiri.
13.Syed Sajjad Husain dan Syed Ali
Ashraf (1986) berpendapat bahwa, Pendidikan adalah suatu pengajaran
yang melatih perasaan sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan
pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, dipengaruhi sekali oleh
nilai spritual dan sangat sadar akan nilai-nilai etis.
14.Endang Saifuddin Anshari,
“Pendidikan adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh obyek
didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan
sebagainya ), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada
jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu, dan dengan alat perlengkapan
yang ada kearah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi diri.”
15.UU Nomor 20 tahun 2003,”Pengertian
Pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
16.Mustofa Al-Ghulayani : Bahwa
Pendidikan itu ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa
pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga ahklak
itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya
berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.
17.J. J. Rousesau berpendapat bahhwa
pada dasar (asal)-nya rnunusia baik, menjadi jelek (jahat) karena peng
lingkungan. Dasar pendidikan menurut Rousseau adalah pembawaan dan
tujuan pendidikan ialah membentuk manusia yang bebas merdeka. Sifat pendidikan
adalah individualistis dan individu (anak) itu harus dijauhkan dari pengaruh
masyarakat dan bahkan dijauhkan dari orang tuanya. Hasil pemikirannya
dituangkan dalam buku Le Contract Social berisi tentang ilmu kenegaraan dan
Emile yang berisi bagaimana mendidik anak sampai dewasa yang baik dan benar.
18.Pendapat Pentalozzi J.H. Pestalozzi
sangat mementingkan pendidikan keluarga. Keluarga menurut Pestalozzi
merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Inti pendidikan adalah pendidikan
kesusilaan dan pendidikan keagaman. Dasar pendidikan menurut dia adalah kodrat
anak dan tujuan pendidikan mengembangkan segala daya kemampuan anak untuk
mencapai kemanusiaan sejati. Adalah menjadi tugas pendidik agar anak dapat
mengentaskan dirinya sendiri (dapat hidup mandiri).
19.Munurut Rasyid Ridho, pendidikan
(at-ta’lim) adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa
individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Definisi ini berpijak
pada firman Allah al-Baqoroh ayat 31 tentang allama Allah kepada Nabi Adam as,
sedangkan proses tranmisi dilakukan secara bertahap sebagaimana Adam
menyaksikan dan menganalisis asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya.
20.Syahminan Zaini; “Pengertian
Pendidikan dalam pandangan islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat
dan sehat dan trampil, berotak cerdas dan berilmua banyak, berhati tunduk
kepada Allah serta mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi
dan berpendirian teguh”.
21.Anwar Jasin (1985), “Pendidikan
adalah kegiatan mengarahkan perkembangan seseorang sesuai dengan nilai-nilai
yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka. Maka, dengan
pengertian atau definisi itu, kegiatan atau proses pendidikan hanya berlaku
pada manusia tidak pada hewan."
22.Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.
Istilah pendidikan berasal dan kata “didik” dengan memberikan awalan “pe”
dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan, hal, cara, dan sebagainya”.
23.Menurut Poerbacaraka dan Harahap
(dalam Muhibbin Syah, 2001:11) pendidikan adalah usaha secara sengaja dari
orang dewasa dengan pengaruhnya untuk meningkatkan [mentalitas] anak menuju
kedewasaan, yakni mampu menumbuhkan tanggung jawab moral atas segala
perbuatannya. Menurut M.J. Langeveid (dalam Hery Noer Aly, 1999:3) pendidikan
atau pedagogik adalah kegiatan membimbing anak manusia menuju kedewasaan dan
kemandirian. Kingsley Price (dalam Hery Noer Aly, 1999: 3) mengemukakan
bahwa pendidikan adalah proses dimana kekayaan budaya non-fisik [mental]
dipelihara atau dikembangkan dalam mengasuh anak atau mengajar orang-orang
dewasa.
24.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang/kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan (Hery Noer Aly, 1999: 2). Ahmad D. Marimba (1989: 19) mengartikan
pendidikan sebagai bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknva kepribadian
yang utama.
Secara terminologis, para ahli pendidikan
mendefinisikan kata pendidikan dengan berbagai tujuan. Abdurahman Al-Bani
mendefinisikan pendidikan (tarbiyah) adalah pengembangan seluruh potensi
anak didik secara bertahap menurut ajaran Islam (Ahmad Tafsir, 200 1: 29).
Dalam Dictionary of Educaition dinyatakan bahwa pendidikan adalah:
a. Proses seorang mengembangkan kemampuan, sikap
dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup.
b. Proses sosial yang terjadi pada orang yang
dihadapkan pada pengaruh lingkungannya yang terpilih dan terkontrol (khususnya
yang datang di sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan kata lain,
perubahan-perubahan yang sifatnya permanen dalam tingah laku, pikiran dan
sikapnya (Nanang Fattah, 2003: 4).
Dari beberapa definisi di atas, kalau
diteliti lebih lanjut, meskipun batasan yang dikemukakan para ahli berbeda,
terlihat garis benang merah bahwa pendidikan merupakan usaha peningkatan
kualitas diri manusia dalam segala aspeknya [aspek jasmaniah dan rohaniah.
Jadi, pendidikan merupakan aktivitas yang disengaja dan mengandung tujuan yang
tentu dan di dalamnya terlibat berbagai faktor yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu sistem yang saling
mempengaruhi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan
membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikiran, karsa, rasa, cipta,
dan hati nurani) dan jasmani (panca indra serta keterampilan).
No comments:
Post a Comment