Manajemen Kewirausahaan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya. Ia hanya
merupakan produk bawaan (by-product) dari sebuah usaha yang berorientasi
dari sebuah prestasi. Prestasi kerja manusia yang ingin
mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan mandiri. Ada pengusaha
yang sudah amat sukses dan kaya, tapi tidak pernah menampilkan diri
sebagai orang yang hidup mewah, dan ada juga orang yang sebenarnya belum
bisa dikatakan kaya, namun berpenampilan begitu glamor dengan pakaian
dan perhiasan yang amat mencolok.
Maka soal kekayaan akhirnya terpulang pada masing-masing individu.
Keadaan kaya miskin, sukses gagal, naik dan jatuh merupakan keadaan yang
bisa terjadi kapan saja dalam kehidupan seorang pengusaha, tidak peduli
betapapun piawainya ia. Ilmu kewirausahaan hanya menggariskan bahwa
seorang Wirausahawan yang baik adalah sosok pengusaha yang tidak sombong
pada saat jaya, dan tidak berputus asa saat jatuh.
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan arti
kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu
menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial, golongan
ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke 20
ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat
sebagai salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan.
Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang
pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup dialam penjajahan hampir 3,5
abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam dunia kewirausahaan.
Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme, priyayiisme, serta elitisme
yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan
status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan
status leluhur yang petani).
Pada era orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan bangsa dan
negara, peran serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara serius.
Oleh sebab itu keWirausahaan mulai dikampanyekan, dengan berbagai
penekanan bahwa lowongan kerja tidak akan mampu menampung jumlah
angkatan kerja yang dari tahun ke tahun semakin membengkak. Lebih jauh
para pengusaha kecil dibina dengan harapan bisa berkembang menjadi
tonggak tumpuan ekonomi di masa datang. Pengusaha besar diberi
kemudahan, karena merekalah kini pemain-pemain utama yang mendukung
tugas pemerintah di sektor ekonomi. Sebagai negara berkembang bisa
dimengerti kalau terjadi berbagai ekses dan penyimpangan. Dengan
masyarakat yang berlatar belakang non entrepreneur serta cendrung
feodalis, bangsa Indonesia tampak kurang siap di berbagai aspek. Dalam
periode transisi dari alam birokrasi ke iklim bisnis yang serba cepat,
pacuan kewirausahaan menyebakan para pengusaha Indonesia kedodoran pada
segi-segi yang amat penting, diantaranya faktor sikap mental (attitude),
motivasi, etos kerja serta kesadaran tentang pengabdian kepada bangsa
dan negara.
Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan, memerlukan ketajaman
naluri. Seorang pemburu memerlukan naluri untuk bersaing dengan
buruannya. Demikian juga dalam dunia kewirausahaan. Pengusaha bersaing
tidak hanya dengan perusahaan-perusahaan pesaing, tetapi juga dengan
keadaan dan situasi tertentu, seperti moneter dan ekonomi, politik,
perubahan kebijaksanaan pemerintah. Untuk dapat mengantisipasi setiap
perkembangan yang mungkin terjadi, seorang Wirausahaan perlu melatih
naluri keWirausahaannya, agar selalu siap menghadapi hal apapun dantetap
bertahan hidup.
Kim Woo Chong, pendiri Daewoo, mengatakan bahwa sekali wirausahawan
memproklamirkan diri sebagai seorang Wirausahawan, maka semua pemikiran
dan tindakan wirausahawan adalah untuk usaha. Wirausahawan harus “
merendam “ jiwa raga wirausahawan kesana.
Makin lama wirausahawan menjiwai dunia wirausaha, makin banyak
pengalaman wirausahawan, maka makin tajamlah naluri wirausahawan.
Seseorang yang mempunyai komitmen diri yang teguh akan sikapnya adalah
orang yang mampu untuk menjadi pemimpin yang selanjutnya cara dan metode
yang diterapkannya disebut Kepemimpinan. Suatu pedoman bagi
kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain
sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha memandang suatu
keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah
sikap tepo seliro. Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap
adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri
mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan
sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya
pengusaha. Mereka “tampil beda”. Salah satu contoh : adalah Kim Woo
Chong, seorang Wirausahawan terkemuka di Korea, pendiri kelompok Daewoo.
Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak terjang pengusaha-pengusaha
lain dan ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai dilakukan
orang. Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di
Amerika dan Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara
tirai besi, seperti Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi
ia juga merangkul negara-negara yang sejauh ini sangat ditakuti dan
diharamkan oleh negara-negara penganut kapitalisme seperti Libia dan
Iran. Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa Kim benar. Dengan
keputusannya itu ia, dan Daewoo berkembang menjadi salah satu
konglomerat terbesar di Asia serta diperhitungkan dimana-mana termasuk
Amerika dan Eropa.
Charles Webber: 1970, mengatakan bahwa untuk menjadi negara maju,
minimal diperlukan 2% komunitas pengusaha besar dan 20% komunitas
pengusaha menengah dan kecil, dan tentunya untuk dapat dan mau menjadi
pengusaha sangat diperlukan rangsangan makro maupun mikro serta
bakat-bakat kepemimpinan pada warga negara di suatu negara. Bagaimanakah
dengan kondisi kewirausahaan, kepemimpinan serta motivasi apa saja yang
mendorong para pengusaha kecil untuk berwira usaha?. Untuk inilah
makalah ini ditulis.
2. Pokok Masalah
Bagaimanakah kondisi kewirausahaan di Indonesia saat ini?
Bagaimanakah Gaya dan Type kepemimpinan yang diterapkan pada perusahaan kecil agribisnis di Indonesia?
Motivasi apa saja yang mendorong para pengusaha kecil untuk berwirausaha?.
3. Tujuan
Ingin Mengetahui kondisi kewirausahaan di Indonesia saat ini.’
Ingin mengetahui Gaya dan Type kepemimpinan yang diterapkan pada perusahaan kecil agribisnis di Indonesia.
Ingin Mengetahui Motivasi apa saja yang mendorong para pengusaha kecil untuk berwirausaha.
4. Batasan Masalah
Malakalah ini membahas tentang
Kondisi kewirausahaan di Indonesia saat ini
Gaya dan Type kepemimpinan yang diterapkan pada perusahaan kecil agribisnis di Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kewirausahaan
Sosok kewirausahaan yang ideal dituntut mempunyai nilai-nilai kearah
kualitas manusia yang semapan mungkin, dalam artian sangat memperhatikan
struktur prioritas kewirausahaan yang terdiri dari empat lapisan yaitu :
1. Sikap Mental
Sikap mental merupakan elemen paling dasar yang perlu dijamin untuk
selalu dalam keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah orang
menjadi sosok yang tinggi budi ataukah sebaliknya menjadi orang yang
jahat dan culas. Orang baik budi merupakan kader pembangunan bangsa,
sedangkan orang jahat akan menjadi beban masyarakat dari bangsa itu
sendiri.
Tentu kita tidak ingin melihat bahwa banyak kejahatan dan keculasan
merajalela di negeri ini. Itu sebabnya pembinaan sikap mental menjadi
unsur penting dalam dunia kewirausahaan sekaligus dalam kehidupan.
Selain menghadirkan sifat-sifat baik alamiah seperti kejujuran dan
ketulusan, sikap mental mencakup juga segi-segi positif dalam motivasi
dan proaktivitas. Saran-saran berikut akan membantu wirausahawan untuk
mengembangkan sikap mental yang baik :
• Para wirausaha adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana menemukan
kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasinya. Tunjukan sikap
mental yang positif terhadap pekerjaan wirausahawan, karena sikap inilah
yang akan ikut menentukan keberhasilan wirausahawan.
• Otak wirausahawan merupakan alat yang berdaya luar biasa. Menyediakan
waktu beberapa saat setiap hari untuk renungan pikiran wirausahawan yang
akan memungkinkan wirausahawan terarah pada kegiatan-kegiatan yang
berarti.
• Kebanyakan orang membatasi pikiran-pikirannya pada problem-problem dan
kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakanlah imajinasi wirausahawan untuk
meluaskan pikiran-pikiran wirausahawan dan cobalah berpikir yang
besar-besar. Orang-orang yang dapat melihat gambaran besar adalah orang
yang bersifat wirausaha dan merupakan calon-calon pemimpin bisnis maupun
masyarakat.
• Rasa humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat. Terlalu serius
dapat merugikan pekerjaan wirausahawan dan tidak sehat. Menunjukan rasa
humor berpengaruh terhadap orang lain dengan jalan menyebarkan optimisme
dan suasana yang santai.
Pikiran wirausahawan haruslah terorganisasi dengan baik sekali dan mampu
memfokuskan pada pelbagai problem. Wirausahawan haruslah mampu
memindahkan perhatian wirausahawan dari satu problem ke problem lain
dengan upaya yang minim.
2. Kepemimpinan.
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah
orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha
membangkitkan suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut
mengembangkan sebuah sikap tepo seliro.
Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki
jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat
menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering
dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha. Mereka
“tampil beda”.
Salah satu contoh : adalah Kim Woo Chong, seorang Wirausahawan terkemuka
di Korea, pendiri kelompok Daewoo. Kim tidak pernah terpengaruh oleh
sepak terjang pengusaha-pengusaha lain dan ikut-ikutan mengejar trend
bisnis yang ramai-ramai dilakukan orang.
Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di Amerika
dan Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai
besi, seperti Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia
juga merangkul negara-negara yang sejauh ini sangat ditakuti dan
diharamkan oleh negara-negara penganut kapitalisme seperti Libia dan
Iran. Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa Kim benar. Dengan
keputusannya itu ia, dan Daewoo berkembang menjadi salah satu
konglomerat terbesar di Asia serta diperhitungkan dimana-mana termasuk
Amerika dan Eropa.
a. Perilaku Pemimpin
Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama :
• Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran, merencanakan dan mencapai sasaran.
2). Berorientasi pada orang, yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi.
Orientasi Tugas Seorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukan perilaku :
• Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun peranan stafnya.
• Menentukan tujuan-tujuan yang sukar tapi dapat dicapai.
• Melaksanakan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,
mengarahkan, membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada tujuan.
• Berminat mencapai peningkatkan produktivitas. Orientasi Orang
Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung akan menunjukan perilaku sebagai berikut :
• Menunjukan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan menghilangkan ketegangan, jika timbul.
• Menunjukan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi saja.
• Menunjukan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan dan keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan.
• Mendirikan komunikasi timbal balik dengan staf.
• Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi karyawan.
• Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif.
• Menciptakan suatu suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi.
b. Tindakan Kepemimpinan
Saran-saran berikut akan dapat membantu wirausahawan meningkatkan kemampuan kepemimpinan wirausahawan :
1. Sekali wirausahawan telah mengambil keputusan, ambil tindakan secepat mungkin
2. Upaya-upaya wirausahawan dapat dilipat gandakan melalui bakat dan
kemampuan staf wirausahawan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik,
wirausahawan harus mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan kemampuan
ini dari orang-orang yang mampu disekitar wirausahawan dan menyokong
serta percaya pada wirausahawan sebagai pemimpin.
3. Wirausahawan akan memperoleh kepercayaan pada kemampuan kepemimpinan
wirausahawan, jika wirausahawan memusatkan perhatian pada upaya
meningkatkan kekuatan-kekuatan wirausahawan. Jauhilah situasi dimana
kelemahan-kelemahan wirausahawan akan tampak.
4. Seorang pemimpin yang baik bersedia mengakui kesalahan-kesalahan dan
mengubah rencana-rencana. Wirausahawan haruslah sadar bahwa keadaan
selalu berubah dan penyesuaian-penyesuaian haruslah dibuat
sewaktu-waktu.
3. Tata Laksana
Tata laksana merupakan terjemahan dari kata Management artinya
pengelolaan. Yang perlu dimengerti disini adalah manajemen bukan
semata-mata konsumsi para manajer saja. Setiap orang perlu manajemen
apapun status dan jabatan orang tersebut. Bahkan ibu rumah tanggapun
perlu manajemen untuk mengelola uang dapur dan belanjaannya. Tata
laksana merupakan metode atau serangkaian cara dan prosedur. Gunanya
jelas, yaitu untuk menghasilkan efektifitas dan efisiensi setiap
pekerjaan, agar mendapatkan hasil yang baik dalam mutu serta tepat waktu
dalam penyerahannya.
Berbeda dengan sikap mental dan kepemimpinan yang termasuk dalam
klasifikasi nilai atau kualitas, maka manajemen merupakan pengetahuan
yang bersifat praktis. Kalau sikap mental dan kepemimpinan berada di
dalam jiwa, manajemen berada diluar mirip ketrampilan teknis.
Manajemen mempunyai arti yang amat luas. Kegunaannya juga sangat
universal dan semua orang atau organisasi memerlukan manajemen. Banyak
sekali kasus yang membuktikan bahwa bila manajemen terabaikan, maka
sebuah organisasi akan menjadi kacau dan morat marit. Perusahaan tanpa
manajemen yang baik, bisa dipastikan akan mengalami hambatan besar dalam
perkembangannya. Oleh sebab itu, setiap orang yang ingin memulai usaha
harus mewaspadai aspek tata laksana sedini mungkin. Mulailah kegiatan
manajemen seketika pada saat perusahaan baru saja dimulai, sekecil
apapun ukurannya.
4. Ketrampilan
Lapisan terluar dari struktur prioritas keWirausahaan adalah
ketrampilan. Banyak pihak berpendapat, bahwa dengan berbekal penguasaan
ketrampilan, seseorang akan bisa diharapkan menjadi seorang entrepreneur
yang berhasil. Pendapat ini sebenarnya tidaklah terlalu salah, kalau
dilihat banyak contoh yang membuktikan, misalnya seorang penjahit dengan
ketrampilan yang dimiliki akhirnya bisa memiliki sebuah perusahaan
pakaian jadi yang cukup besar.
Namun demikian, kalau wirausahawan mau meneliti lebih jauh, ternyata
keberhasilan-keberhasilan itu sebenarnya bukan disebabkan oleh
ketrampilan semata, melainkan lebih oleh jiwa kepemimpinan yang dimiliki
si pengusaha. Leadership yang bersangkutan yang menuntun dan membawanya
ke jenjang sukses.
Ada tiga hal yang memungkinkan seseorang, baik trampil maupun tidak
untuk bisa tampil sebagai tokoh yang sukses, atau orang yang
berkecukupan yaitu :
a. Memanfaatkan ledership yang berasal dari diri sendiri.
b. Memanfaatkan ledership orang lain.
c. Faktor keberuntungan ( luck atau hoki )
B. Karakteristik Wirausahawan.
Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa Wirausahawan mempunyai
karakteristik umum serta berasal dari kelas yang sama. Para pemula
revolusi industri Inggris berasal dari kelas menengah dan menengah
bawah. Dalam sejarah Amerika pada akhir abad ke sembilan belas,
Heillbroner mengemukakan bahwa rata-rata Wirausahawan adalah anak dari
orang tua yang mempunyai kondisi keuangan yang memadai, tidak miskin dan
tidak kaya. Schumpeter menulis bahwa Wirausahawan tidak membentuk suatu
kelas sosial tetapi berada dari semua kelas.
Menurut Mc Clelland, karakteristik Wirausahawan adalah sebagai berikut :
1. Keinginan untuk berprestasi.
Penggerak psikologis utama yang memotivasi Wirausahawan adalah kebutuhan
untuk berprestasi, yang biasanya diidentifikasikan sebagai kebutuhan.
Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri
orang yang memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan. Pencapaian
tujuan merupakan tantangan bagi kompetisi individu.
2. Keinginan untuk bertanggung jawab.
Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan.
Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja
sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap
hasil yang dicapai. Akan tetapi mereka akan melakukannya secara
berkelompok sepanjang mereka bisa secara pribadi mempengaruhi
hasil-hasil.
3. Preferensi kepada resiko-resiko menengah.
Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan
yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang
mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa
mereka penuhi.
4. Persepsi pada kemungkinan berhasil.
Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kwalitas
kepribadian Wirausahawan yang penting. Mereka mempelajari fakta-fakta
yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya
tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi
dan melanjutkan tugas-tugas tersebut.
5. Rangsangan oleh umpan balik.
Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah
umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil
kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha
mereka.
6. Aktifitas enerjik.
Wirausahawan menunjukan enerji yang jauh lebih tinggi dibandingkan
rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan mempunyai proporsi
waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat
menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk
terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan.
7. Orientasi ke masa depan.
Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke depan. Mereka mencari
dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.
8. Ketrampilan dalam pengorganisasian.
Wirausahawan menunjukkan ketrampilan dalam organisasi kerja dan
orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif dalam memilih
individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli
bukan teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.
9. Sikap terhadap uang.
Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari
prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambang
kongkret dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian dari kompetensi
mereka.
C. Potensi Kewirausahaan.
Karakteristik Wirausahawan sukses dengan semangat tinggi akan memberikan pedoman bagi analisa diri sendiri.
1. Kemampuan inovatif.
Inovasi memerlukan pencarian kesempatan baru. Hal tersebut berarti
perbaikan barang dan jasa yang ada, menciptakan barang dan jasa baru,
atau mengkombinasikan unsur-unsur produksi yang ada dengan cara baru dan
lebih baik.
2. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity).
Ini berarti kemampuan untuk berhubungan dengan hal yang tidak
terstruktur dan tidak bisa diprediksi. Karakteristik ini berkaitan erat
dengan proses inovatif.
3. Keinginan untuk berprestasi adalah tanda-tanda penting dari dorongan keWirausahaan.
Hal ini menandai para pemiliknya sebagai orang yang tidak mengenal
menyerah di dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan sendiri.
4. Kemampuan perencanaan realistis.
Menetapkan tujuan yang menantang dan bisa diterapkan adalah tanda dari
perencanaan realistis. Tujuan ditetapkan sesuai dengan tujuan dari
Wirausahawan.
5. Kepemimpinan terorientasi pada tujuan.
Wirausahawan membutuhkan aktivitas yang mempunyai tujuan. Semangat yang
tinggi memotivasi mereka untuk mengarahkan tenaga mereka dan rekan kerja
serta bawahan mereka ke arah tujuan yang ditetapkan.
6. Obyektivitas.
Wirausahawan obyektif di dalam mengarahkan pemikiran dan aktivitas
keWirausahaannya dengan cara pragmatis. Wirausahawan mengumpulkan
fakta-fakta yang ada, mempelajarinya dan menentukan arah tindakan dengan
cara-cara praktis.
7. Tanggung jawab pribadi.
Wirausahawan memikul tanggung jawab pribadi, mereka menetapkan tujuan
sendiri dan memutuskan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut dengan
kemampuan mereka sendiri.
8. Kemampuan beradaptasi.
Para Wirausahawan mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan. Ketika Wirausahawan terhambat oleh kondisi yang
berbeda dari apa yang mereka harapkan, mereka tidak menyerah, namun
melihat situasi secara obyektif.
9. Kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator.
Wirausahawan mempunyai kemampuan mengorganisasi dan administasi di dalam
mengidentifikasi dan mengelompokkan orang-orang berbakat untuk mencapai
tujuan. Mereka menghargai kompetensi dan akan memilih para spesialis
untuk mengerjakan tugas dengan efisien.
BAB III
ANALISA
MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
1. Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini
Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997, sektor
agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu
menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih
tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan
usaha kecil. Meskipun demikian, pengembangan usaha kecil juga mengalami
berbagai permasalahan seperti : [1] kesulitan mendapatkan modal yang
cukup, [2] kekurangan pengetahan di bidang agribisnis, [3] kelemahan
dalam pengelolaan atau manajemen usaha, [4] kekurangan dalam perencanaan
usaha, [5] kekurangan dalam pengalaman berusaha, [6] kekurangan
pengetahuaan dan ketrampilan teknis bidang usaha yang dilakukan. Dengan
kata lain, titik berat persoalan usaha kecil adalah sedikitnya pengusaha
kecil yang memiliki jiwa wirausaha. (Noer: 2001)
Kewirausahaan adalah jiwa, sehingga kurang tepat jika dikatakan
pengembangan kewirausahaan agribisnis dan usaha kecil. Kewirausahaan
adalah kemampuan dalam melihat atau menilai kesempatan di peluang bisnis
serta kemampuan mengoptimalkan sumberdaya dan mengambil tindakan yang
beresiko tinggi. Mungkin lebih tepat apabila dikatakan pengembangan
agribisnis usaha kecil. (Noer: 2001)
Selama ini prospek bisnis ke depan, yang berkaitan dengan
kontrak/transaksi, cenderung memerlukan kemitraan dalam kaitannya antara
perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Kemitraan ini tidak hanya di
budidaya, tetapi juga di bagian pembibitan dan pengolahan. Kegiatan hulu
sampai dengan kegiatan hilir ini dapat saling dimanfaatkan. (Noer:
2001)
Bagi agribisnis baik petani, maupun pengusaha kecil dalam menjalankan
usahanya, mempunyai karakteristik, berupa harga dan pasar hasil petani
tidak dapat dipengaruhi oleh produser secara sendiri-sendiri tapi harus
dihadapi oleh agribisnis secara keseluruhan. Untuk mendpatkan
kesepakatan bersama ini tidak mudah tapi kelompok sekaligus bisa
mempengaruhi harga dan pasar, sehingga semua produser baik yang masuk
kelompok atau tidak akan merasakan hasilnya. Kemudian akan banyak para
produser untuk menanamkan produknya lebih luas dan produser yang tadinya
tidak menanam produk tersebut akan tertarik pula untuk menanam produk
yang sama, sehingga pada akhirnya persediaan produk berlebih serta harga
dan pasar akan turun.
2 Peluang Usaha Kecil yang sedang dikembangkan.
Untuk mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris dan
maritim serta menghadapi tantangan kedepan seperti otonomi daerah,
liberalisasi perdagangan, perubahan pasar internasional lainnya.
Pemerintah sedang mempromosikan pembangunan sistem dan usaha agribisnis
yang berdaya saing (Competiveness), berkerakyaratan (People-Driven),
berkelanjutan (Sustainable) dan terdesentralistis (Decentralized).
Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan suatu
rangkaian dan keterkaitan dari : (1) Sub agribisnis hulu (upstream
agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana
produksi bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub agribisnis usahatani
(on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang
menggunakan sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan
komoditas pertanian primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian; (3)
Sub agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi
yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik
bentuk produk antara (intermediate product) maupun bentuk produk akhir
(finished product); dan (4) Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang
menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas.
Sedangkan Strategi Sistem Agribisnis diatas harus bersinergi kedalam 4
sub-sistem yang terjabarkan sebagai berikut: Keterkaitan 4 sub Sistem
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Upstream Agribusiness
Sub sistem agribisnis hulu berupa pengembangan industri yang
menghasilkan barang modal bagi pertanian, yaitu industri pembenihan atau
pembibitan, tanaman, ternak ikan industri agro kimia (Agro-otomotif)
seperti pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan, sindustri alat dan
mesin pertanian.
2. Onfarm agribusiness
Sub sistem pertanian primer berupa pengembangan kegiatan budidaya yang
menghasilkan komoditi pertanian primer (usaha tani tanaman pangan,
usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan) usaha perkebunan,
usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan.
3. Downstream agribusiness
Sub sistem Agribisnis Hilir berupa pengembangan industri-industri yang
mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti makanan dan
minuman, industri pakan ternak, industri barang-barang serat alam,
industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain.
4. Services for Agribusiness
Sub Sistem penyedia jasa Agribisnis berupa fasilitas Perkreditan,
transportasi, pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM dan kebijakan
ekonomi.
Dalam artian, peluang akan membuka usaha kecil dan menengah terbuka pada
4 subsistem agribisnis, yang menjadi kendala saat ini, adakah jiwa-jiwa
kewirausahaan dan kepemimpinan untuk segera mempergunakan peluang
tersebut.
Hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti menunjukkan
bahwa integrasi dan link-antar sub sistem usaha agribisnis belum
tersinkron dengan baik, dimana setiap subsistem masih berjalan dengan
sendiri-sendiri bahkan cenderung mengakibatkan kerugian yang sebenarnya
justru harus mendatangkan dampak positip dari keberadaannya. Usaha-usaha
pada sistem agribisnis tersebut masih berskala kecil dengan sumberdaya
manusia seadanya, teknologi yang terbatas dan tidak ada kepastian harga
dan proteksi akan kelangsungan usahanya.
3. Kondisi Kepemimpinan Usaha Kecil
a. Mencari Pemimpin Yang Baik.
Usaha mencari perpaduan terbaik untuk menjadi seorang pemimpin yang
sukses tidaklah mudah. Dan, usaha untuk bisa menemukan nilai, gaya dan
aktivitas atau apa pun yang relevan untuk disebut sebagai pemimpin yang
sukses merupakan proses yang panjang. Ada pemimpin yang sukses karena
mampu bertindak sebagai seorang pengarah tugas, pendorong yang kuat, dan
berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai kepemimpinan yang
tinggi. Ada pemimpin yang sukses karena mampu memberi wewenang kepada
para pegawainya untuk membuat keputusan dan bebas memberikan saran,
mampu menciptakan jenis budaya kerja yang mendorong serta menunjang
pertumbuhan. Pendeknya, untuk menjadi pemimpin yang sukses haruslah
memiliki dorongan yang kuat dan integritas yang tinggi.
Kepemimpinan adalah sebuah proses yang melibatkan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain dengan memberi kekuatan motivasi, sehingga orang
tersebut dengan penuh semangat berupaya menuju sasaran. Ahli manajemen,
Peter F Drucker secara khas memandang kepemimpinan adalah kerja.
Seorang pemimpin adalah mereka yang memimpin dengan mengerjakan
pekerjaan mereka setiap hari. Pemimpin terlahir tidak hanya dalam
hirarki managerial, tetapi juga dapat terlahir dalam kelompok kerja non
formal.
b. Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini
Kepemimpinan sebenarnya sangat bersangkut erat terhadap karakter
seseorang, jika seseorang berbudi halus maka ia cenderung memimpin
dengan gaya dan type yang halus pula. Melihat kondisi kebanyakan bisnis
kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga
pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat
oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis
kecil tak terbatas. Disamping itu pengetahuan akan teori-teori
kepemimpinan juga terbatas sehingga kebanyakan pemimpin bisnis kecil
memimpin dengan gaya tradisional, misalnya pemimpin bisnis kecil di Bali
akan cenderung memimpin dengan gaya serta type dengan kaidah-kaidah
atau norma-norma ke-baliannya. Begitu juga, jika ada pemimpin bisnis
kecil dari suku Tionghoa akan cenderung juga menerapkan gaya dan type
kepemimpinan ala cines, atau kalau kita bandingkan dengan teori
kepemimpin lebih dekat kepada gaya Paternalistik kekeluargaan.
Masalah-masalah SDM pada perusahaannya belum begitu nampak besar dan
serius karena skala usahanya masih kecil, unsur kekeluargaan masih bisa
dijalankan dengan baik, hal ini juga sebenarnya menjadi faktor
penghambat kenapa bisnis kecil tetap kecil. Alasan pertama adalah gaya
dan type kepemimpinan yang masih tradisional, paternalistik, lebih-lebih
masih saja ada yang feodal, seperti di Jawa misalnya.
c. Penerapan Teori Kebutuhan Maslow Dalam Bisnis Kecil
Penerapan Teori Kebutuhan Maslow dalam menumbuhkan dukungan yang kuat
para anggota perusahaan yang bersaing dalam: inovasi” dan “peningkatan
kualitas” sehingga terjadi peningkatan kinerja dan keuntungan
perusahaan. Motivasi merupakan proses interaksi antara kebutuhan (need),
dorongan (drive), dan tujuan (goals)
Mengapa dua produk yang sama, dijual oleh dua perusahaan yang berbeda,
memberikan hasil yang berbeda ? Suatu perusahaan membuat produk yang
dapat dijual, bukan menjual produk yang dapat dibuat, karena itu
perusahaan perlu mengenali pelanggan dan mengidentifikasi kebutuhannya.
Dengan demikian perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah
satu kegagalan dari produk baru, biasanya adalah karena mereka salah
mengenali kebutuhan konsumen. Perusahaan mengharapkan konsumennya
menjadi pelanggan, sehingga ada kontinuitas pembelian.
Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen, wirausahawan tidak dapat menciptakan
suatu produk untuk memenuhi semua kebutuhan. Diversifikasi produk perlu
dilakukan untuk melayani semua kebutuhan. Berbagai usaha dilakukan
perusahaan untuk membuat pelanggannya merasa istimewa. Selain untuk
meningkatkan penjualan juga untuk membangun loyalitas pelanggan.
Perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga mereka yang
menjalankan organisasi tahu apa yang ingin dicapai dan dapat melakukan
perencanaan dan implementasinya.
Kunci dari keberhasilan Perusahaan untuk mencapai tujuan yaitu membangun
loyalitas pelanggan dalam arti luas dapat dijabarkan bahwa: pelanggan
bukan semata-mata hanya orang yang membutuhkan produk yang dihasilkan
oleh perusahaan tetapi jauh lebih luas, dalam Total Quality Management
dijelaskan yang termasuk pelanggan adalah: Konsumen, Pekerja, dan
pemilik. Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti
dan makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan pada
tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah
minimum regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji
karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak
bisnis kecil yang tidak bertahan lama
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini Selama krisis ekonomi
yang berawal pada pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis termasuk
didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer
perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha
agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil.
Peluang Usaha Kecil yang sedang dikembangkan Pembangunan pertanian dalam
kerangka system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan
dari : (1) Sub agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu seluruh
kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer
(usahatani); (2) Sub agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) atau
pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan sara produksi dan sub
agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Sub ini
di Indonesia disebut pertanian; (3) Sub agribisnis hilir (down-stream
agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian
primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate
product) maupun bentuk produk akhir (finished product); dan (4) Sub jasa
penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub
agribisnis di atas. Ini semua merupakan peluang yang dapat kita
manfaatkan sebagai peluang untuk menjadi wirausahawan.
Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini Kondisi kebanyakan bisnis
kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga
pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat
oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis
kecil tak terbatas.
Penerapan Teori Motivasi dalam Bisnis Kecil Kelemahan mendasar pada
bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik
biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi,
pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya, justru ini akan
menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu
sendiri. Pada akhirnya banyak bisnis kecil yang tidak bertahan lama
karena ditinggalkan SDM yang telah perpengalaman.
B. Saran
Motivasi Pemerintah Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan
tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara
nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini
terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama
usaha menengah dan usaha kecil. Jika ini yang terjadi haruslah ada
intervensi pemerintah sebagai regulasi dalam memotivasi bertumbuhnya
wira-wira usaha baru sehingga perekonomian nasional dapat segera
bangkit.
Para pemimpin Bisnis Kecil, belajarlah lebih banyak lagi Para pemimpin
bisnis kecil, pandanglah masa depan perusahaan anda sebagai sebuah masa
depan yang terus dapat di wariskan sehingga anda dapat mengelola bisnis
secara profesional, manjauhkan diri dari kekuasan mutlak,
kesewenang-wenangan.
Paculah Kinerja Karyawan anda dengan Motivasi Kelemahan mendasar pada
bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik
biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi,
pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya, justru ini akan
menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu
sendiri. Untuk hal ini, penulis sangat mengharapkan, para pengusaha
kecil janganlah memberikan motivasi hanya sebatas kebutuhan dasar saja,
tetapi perlakukanlah karyawan anda seperti manusia selayaknya. Pada
akhirnya banyak bisnis kecil anda bertahan lama tidak ditinggalkan SDM
yang telah perpengalaman.
BAB V
KRITIK DAN SARAN
A. Kritik
- Dosen
• Bapak menjelaskan materi terlalu cepat
• Suara Bapak kurang jelas
• Bapak merokok pada saat menjelaskan materi
- Universitas
o Melayani dengan tidak sesuai dengan semestinya
o Penuh dengan kemarahan saat melayanin mahasiswa
B. Saran
- Dosen
• Jangan merokok ketika mejelaskan materi
• Menjelaskan materi jangan terlalu cepat
• Sebaiknya bapak mengoreksi cara bapak mengajar
- Fakultas
o Jangan mempersulit saat regestrasi
o Biasakan bekerja scara profesional
o Jangan marah-marah saat melayani pembayaran dan regestrasi karena itu sudah tugas dari BAK
DAFTAR PUSTAKA
Sutjipta, Nyoman, 2001, “Manajemen Sumber Daya Manusia” Diktat: Univeritas Udayana, Denpasar.
Sumidjo, Wahyo, 1984,”Kepemimpinan dan Motivasi”, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Thoha, Miftah, 1994,”Kepemimpinan Dalam Manajemen”, CV. Rajawali, Jakarta.
Yukl, Gary, 1996, “Kepemimpinan Dalam kewirausahaan”, Prerhallindo, Jakarta.
No comments:
Post a Comment