Seberapa BESAR (kecil) kah NILAI DIRI Anda…?
Beberapa waktu
yang lalu, sewaktu memberikan pelatihan di sebuah bank swasta terkemuka
di Indonesia, saya bertemu dengan Office Boy (OB) mantan bawahan saya.
Saya masih mengingatnya karena ‘performance’-nya termasuk yang di bawah
rata-rata. Datang seringkali terlambat, jam 3 sore dicari seringkali
sudah tidak di tempat, ketika ada tamu seringkali orangnya menghilang.
Jadi
mudah bukan untuk membuat atasan mengingat anda: jadilah yang terbaik
(di atas rata-rata) atau jadilah yang terburuk (di bawah rata-rata)!
Karena sudah banyak orang rata-rata, makanya atasan sulit untuk
mengingat.
Saya menyapanya dan bertanya tentang dirinya,
pekerjaannya, keluarganya, dan kehidupannya sekarang. Mungkin sudah
banyak perubahan karena sudah hampir 10 tahun kami berpisah (ketika itu
saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah Pasca Sarjana di Inggris).
Ternyata,
I was very suprised, saat inipun dia masih bekerja sebagai seorang OB
dengan penghasilan tidak beda jauh dari penghasilannya 10 tahun yang
lalu.
Dia mulai berkeluh kesah: hidup ini susah, cari pekerjaan
sulit, kebutuhan pokok selalu melambung padahal gaji naik hanya sedikit,
atasan tidak fair (tidak pernah memberikan kesempatan), rekan kerja
tidak pernah mendukung, dlsbnya.
Sebelum dia curhat lebih lama,
saya menyelanya: Semua itu adalah PILIHAN anda, anda yang membuat
hal-hal yang disebutkan di atas terjadi! Dia KAGET?!
Saya (S):
Coba pikirkan ketika anda masih bekerja bersama saya dulu, sudahkah anda
memberikan yang terbaik yang bisa anda berikan? Apakah anda berusaha
untuk selalu memberikan lebih atau ketika OB lain memberikan lebih, anda
mencibir dan menyebut mereka sebagai ‘penjilat’ atau orang yang tidak
‘realistis’?
Dia (OB): Tapi kan kami dibayar hanya UMR, kami
berada di posisi paling bawah dalam hierarki organisasi, ngapain kami
memberikan lebih dari job desc yang ada?
S: Nah itulah, ketika
anda bilang ngapain memberikan lebih berarti saat itulah anda telah
dinilai atau dicap tidak akan mampu untuk mengerjakan lebih dari job
desc yang diberikan. Anda tidak akan pernah diberi kepercayaan lebih
karena anda tidak pernah menunjukkan bahwa anda sebenarnya mampu.
OB: Tapi kami kan hanya OB, mana mungkin untuk naik jabatan. Sekali OB pensiunnya juga OB bukan?
S:
Kata sapa? Apakah anda pernah bertemu dengan Tuhan dan Dia mengatakan
bahwa nasib anda adalah sebagai seorang OB hingga anda pensiun? Kalau
anda mau tahu, ada seorang OB seperti anda, yang pendidikannya hanya
SMA, tapi dalam waktu 19 tahun bisa menjadi seorang Vice President bank
asing terkemuka di Indonesia. Anda kaget?
OB: Tapi kalau saya
melakukan dan memberikan lebih nanti saya disebut ‘penjilat’ atau
‘carmuk’ (cari muka) oleh rekan-rekan saya? Gimana dong?
S: Itulah
yang membedakan orang rata-rata dengan orang di atas rata-rata. Orang
rata-rata akan mencari alasan dan pembenaran diri untuk menyesuaikan
GOAL yang ingin dicapai dengan kemampuan dirinya, sama seperti anda saat
ini. Anda mencari 1001 alasan untuk membenarkan dan men-justifikasi
perilaku, tindakan, dan kebiasaan anda, bahwa sebagai seorang OB ngapain
bekerja dan memberikan lebih. Kan nasib anda hanya OB dan pensiun juga
sebagai OB, betul bukan?
Beda dengan orang di atas rata-rata,
mereka akan menyesuaikan KEMAMPUAN dengan goal yang sudah mereka
tetapkan sebelumnya. Mereka akan terus meng-upgrade kemampuan untuk
mencapai target dengan lebih cepat dan lebih baik. Mengapa anda tidak
menggunakan 1001 alasan tadi untuk membantu anda untuk mencapai target
atau tujuan hidup anda?
Buat 1001 alasan mengapa dan bagaimana
anda harus mencapai target anda dibanding membenarkan dan
men-justifikasi kenapa saya tidak berhasil!
OB: Termasuk memberikan dan mengerjakan lebih dari job desc yang diberikan?
S:
Yesss! Ketika anda memberikan dan mengerjakan lebih dari nominal gaji
anda yang dibayarkan berarti anda meningkatkan NILAI DIRI anda. Terus
tingkatkan NILAI DIRI anda sehingga rekan kerja, atasan, bawahan, bahkan
orang di luar organisasi tahu nilai diri anda! Ketika nilai diri anda
luar biasa, orang lain yang akan ‘hunting’ dan memburu anda, bahkan
berlomba-lomba untuk merekrut anda.
Sebaliknya ketika anda mau
resign karena tidak ada kecocokan dan atasan sama sekali tidak berusaha
menahan anda berarti nilai diri anda lebih rendah dibanding nomimal gaji
yang dibayarkan. Ngapain atasan harus menahan anda yang di bawah
rata-rata? Di luar sana ada jutaan pengangguran yang siap dan mau
memberikan lebih dibanding anda.
Seorang rekan yang sewaktu
bekerja di bawah pimpinan saya, terus menerus mengeluh, komplain, dan
tidak puas dengan gaji yang dibayarkan serta fasilitas yang diberikan.
Ketika dia resign, saya tidak menahannya. Sekarang dia sudah menganggur
hampir 1 tahun. Dia mencoba untuk berusaha tetapi ternyata hasil yang
diperoleh tidak mencukupi biaya hidup keluarganya. Menunjukkan apa?
Bahwa ternyata gaji yang saya bayarkan saat itu melebihi nilai dirinya
(over paid), bukan?!
Jadi di sini, saya hanya memprovokasi anda:
kerjakanlah dan lakukanlah melebihi nominal gaji yang dibayarkan
sehingga otomatis anda meningkatkan nilai diri anda! atau sebaliknya,
mengambil sikap sebagai penonton, menjadi ‘komentator’ yang setia,
mencibir orang lain sebagai ‘penjilat’ atau ‘tidak realistis’, dan
membenarkan serta men-justifikasi perilaku, tindakan, kebiasaan, dan
belief anda yang kurang bermanfaat sehingga otomatis anda menurunkan
nilai diri anda!
The choice is yours!
No comments:
Post a Comment