Hari ini adalah ulang tahun saya. Dua tahun yang lalu pada tanggal yg
sama, saya bertanya pada diri sendiri "Pilih mana: pekerjaan sebagai
seorang professional (karyawan) yg dibayar tinggi setiap bulannya ATAU
menjadi seorang entrepreneur (wirausaha) yg harus menentukan sendiri
berapa pendapatan setiap bulannya dan bisa saja tidak menentu?"
Pagi
ini ketika saya teringat keputusan yg saya ambil dan tekadkan 2 tahun
yg lalu, saya bersyukur! Sungguh luar biasa pencapaian yg saya raih
hingga hari ini. Ketika itu, orang-orang mengatakan saya sinting, ga
waras: “Sudah mau married koq memutuskan berhenti dari pekerjaan, istri
mau dikasih makan apa, bagaimana kamu menjamin kehidupan keluarga
nantinya?” Orang tua meragukan keputusan saya tersebut. Bahkan calon
istri menjadi kuatir dengan pilihan saya tersebut.
Flash back
sedikit, keputusan saat itu diambil karena PASSION pada profesi yg saya
putuskan utk geluti. Mungkin terdengar lucu tetapi itulah, PASSION dan
KOMITMEN yang kuat pada profesi tersebut membuat saya memantapkan
pilihan menjadi seorang entrepreneur.
Saya akui tidak mudah ketika
berganti profesi dan memang saat itu saya mengalami masa-masa terkelam
dalam hidup saya, termasuk biaya pernikahan harus saya cicil 6x.
Tetapi
saya belajar bahwa pencapaian luar biasa hingga hari ini adalah karena
pengelolaan pikiran dan perasaan yg EFEKTIF dan itulah yg ingin saya
sharing-kan. Pengelolaan pikiran dan perasaan yg EFEKTIF membuat saya
tetap termotivasi dan berada dalam performa puncak.
TIPS 1: SAYA
Ya,
SAYA, bukan KITA, bukan KAMU, bukan ORANG LAIN. Saya yg secara sadar
berpikir, saya yg berkata-kata/berucap/memilih kata-kata yg mau saya
ucapkan, saya yg melakukan/bertindak, seharusnya sayalah juga yg
bertanggung jawab atas hasilnya/pencapaian saya tersebut.
Tetapi
seringkali ketika tidak mencapai hasil yg diinginkan, ’saya’ mulai
menyalahkan atasan yg kurang perhatian, bawahan yg tidak support, rekan
kerja yg cuek, situasi kondisi penetrasi pasar yg sulit, daya beli
masyarakat melemah, peraturan pemerintah yg tidak kondusif, kompetitor
yg menggurita, de-el-el. Ketika berhadapan dengan klien, pelanggan,
nasabah, seringkali kita mendengar: ”Dasar nasabah bawel! Dasar klien yg
tidak tahu aturan! Dasar pelanggan tidak tahu diri, maunya menang
sendiri! Gara-gara kamu, saya jadi bete! Gara-gara kamu, mood kerja saya
jadi jelek seharian ini!”
Lah, kalau begitu, mood saya, bete
saya, perasaan saya, diatur oleh pihak eksternal dong?! ”Kan gara-gara
mereka, saya tidak capai target! Gara-gara mereka, saya jadi bete!”
Ketika
anda mulai tidak in-control atas diri anda, berarti anda perlahan mulai
membiarkan pihak lain yg in-control atas diri anda.
Seperti cerita berikut:
Seorang
pasien di RSJ yg menganggap dirinya adalah sebutir jagung dan takut utk
keluar RSJ karena akan bertemu dengan ayam-ayam yg pasti akan mematuk
dan memangsa dirinya.
Tahun demi tahun dilakukan terapi untuk mengembalikan kepercayaan dirinya dan menyadarkan bahwa dirinya adalah seorang manusia.
Tahun
pertama, dia masih menganggap dirinya sebagai sebutir jagung dan takut
utk keluar RSJ. Tahun kedua, mulai ada kemajuan, walau dia masih
menganggap dirinya sebutir jagung, tapi sudah berani utk berjalan-jalan
di areal sekitar RSJ. Tahun ketiga, berani keluar areal RSJ dengan
ditemani seorang perawat walau masih sangsi apakah dirinya benar-benar
seorang manusia. Tahun keempat, dia mulai percaya bahwa dirinya adalah
seorang manusia.
Di akhir tahun keempat, dokter yang puas akan
kemajuan pasien tersebut, merekomendasikan utk melepaskan pasien tsb dan
membiarkannya kembali bersosialisasi dengan masyarakat.
Sebelum
menandatangani surat rekomendasi pelepasan, sekali lagi dokter bertanya
kepada pasien tsb: “Saudara masih merasa sebagai sebutir jagung atau
seorang manusia?” Jawab pasien tsb dengan tegas: “Saya adalah seorang
manusia!” kemudian sambungnya dengan lirih: “Apakah ayam-ayam tsb juga
tahu bahwa saya adalah seorang manusia?”
Yang menentukan pasien tsb adalah seorang manusia adalah dirinya sendiri dan bukannya ayam-ayam tsb, ya?!
Ketika
saya mengambil tanggung jawab bahwa saya yg memilih akan merespon
seperti apa terhadap suatu kejadian, saya sadar bahwa saya in-control.
Saya yg memilih apakah saya akan marah ATAU sedih ATAU kecewa ATAU
mengumpat ATAU menyalahkan orang lain ATAU mencari 1001 alasan ATAU
senang ATAU tertawa dan atau-atau lainnya.
Ketika orang menyalip
dan menyerobot, saya bisa memilih utk mengumpat, balas mengejar, ATAU
berkata: “Barangkali dia lagi kebelet.” “Pendidikannya memang rendah
makanya begitulah cara dia menyetir.” “Mungkin ada sanak saudaranya yg
lagi emergency.” De-el-el.
Ketika pelanggan, klien, nasabah
komplain dan marah-marah, saya bisa memilih utk membalasnya dengan emosi
ATAU mencoba cara/pendekatan yg berbeda ATAU mencari tahu jangan-jangan
ada postur, gesture, bahasa tubuh, ucapan yang menantang dan membuat
dia marah.
Ketika bangun pagi, saya bisa memilih utk melanjutkan
tidur lagi karena ada gambar-gambar, suara-suara, feeling-feeling yg
membuat malas dan tidak termotivasi berangkat kerja ATAU mengubah dan
memilih ‘channel’, image, suara yg membuat saya bersemangat dan
termotivasi utk berangkat kerja.
Saya menyadari bahwa MOTIVASI
datangnya dari apa yg saya ISIkan di kepala saya setiap harinya, apa yg
saya PUTAR, REWIND, FORWARD, REPLAY, TUMPUK di 'teater' kepala saya, apa
yg saya DENGAR, AMPLIFY/PERKUAT di 'teater' kepala saya. Apa yg saya
ISIkan akan mempengaruhi OUTPUTnya. Jadi kalau mau OUTPUTnya POSITIF dan
BERMANFAAT, yg saya ISIkan tentunya adalah HAL-HAL yg BERMANFAAT.
Saya
yg bertanggung jawab untuk mengisikan hal-hal bermanfaat tsb ke
‘teater’ kepala saya dan itu saya lakukan secara SENGAJA. Ya, secara
SENGAJA, karena mood, great feeling, motivasi tidak datang begitu saja.
Saya yg harus men-STIMULASI-nya dengan SENGAJA!
Lagu MY HEART WILL
GO ON (Celine Dion) dan I FEEL GOOD (James Brown) pasti memberikan efek
yg berbeda kepada perasaan Anda, kepada gambar/image yg timbul di benak
Anda, ya?!
Sinetron percintaan, cerita ibu tiri yg kejam, film
horor, serial kriminal pasti akan memberikan efek yg berbeda dibanding
Anda menonton acara motivatalk atau komedi humor.
Kalau begitu
Anda tahu sekarang, bahwa Andalah yg bertanggung jawab utk mengisikan
hal-hal yg bermanfaat utk mendapatkan output yg bermanfaat pula! Bukan
SAYA, KITA, ataupun ORANG LAIN!
Dalam konteks cerita saya, ketika
saya down, yg saya katakan adalah: “Bukankah ini adalah sesuatu yg kamu
sukai, PASSION kamu. Kalau kamu menyukainya, kenapa kamu down?” Image yg
saya munculkan adalah wajah audience yg tersenyum puas dan
mengangguk-angguk serta acungan dua jempol. Audio yg saya munculkan
adalah tepuk tangan meriah audience dan kata-kata: “Luar biasa sekali
Pak! Menginspirasi sekali! WOW!”
Bandingkan dengan image yang saya
munculkan adalah bahwa peserta pelatihan akan ‘sulit’, tidak mau
mendengarkan, tidak kooperatif, merasa ‘sok pintar’, suara-suara yang
terdengar adalah nada ketidakpuasan, sibuk mengobrol sendiri, dering HP,
de-el-el.
Kalau image tsb yg Anda munculkan, bagaimana pikiran
dan perasaan Anda? Apa yg muncul di benak Anda? Apa yg Anda dengar? Apa
yg Anda rasakan? BEDA, ya?!
No comments:
Post a Comment