Bank Dunia (WB) memperkirakan Indonesia dapat mencapai
pertumbuhan ekonomi 6,4 persen pada 2013 seiring dengan perkiraan
meningkatnya stabilitas internasional.
Laporan Triwulanan Bank Dunia yang diperoleh di Jakarta, Kamis, menyebutkan, risiko pada 2013 sebenarnya masih tetap tinggi dengan kemungkinan berlanjutnya masalah di Eropa serta masih adanya tantangan fiskal yang dihadapi oleh Amerika Serikat.
Jika terjadi kesulitan likuiditas yang lebih parah di pasar keuangan internasional maka akan mengakibatkan turunnya pertumbuhan perdagangan, penurunan harga komoditas dunia dan penurunan tingkat kepercayaan investor sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan menjadi 4,7 persen pada 2013.
Berdasarkan skenario dasar dimana krisis ditimbulkan oleh penurunan perekonomian global yang lebih parah sehingga berdampak pada hal yang utama, maka pertumbuhan Indonesia dapat turun ke 3,8 persen dengan dampak perlambatan yang dirasakan pada kegiatan domestik karena penurunan harga komoditas.
"Penurunan harga komoditas akan mengurangi pendapatan dan investasi," sebut laporan Bank Dunia itu.
Pada keadaan krisis yang parah, ada kemungkinan sentimen dunia usaha dan konsumen akan turun dengan drastis yang menyebabkan penurunan yang lebih dalam terhadap skenario-skenario pertumbuhan.
Namun menurut Bank Dunia, Indonesia telah membuat kemajuan yang berarti dalam persiapannya menghadapi krisis meskipun masih dibutuhkan pekerjaan lanjutan.
Misalnya, sudah ada perubahan terhadap APBN 2012 yang memberikan fleksibilitas bagi pemerintah untuk menyesuaikan belanja dan pembiayaan guna merespons krisis. Bank Indonesia (BI) pun dianggap semakin siap dalam menghadapi krisis, terkait pengelolaan likuiditas.
Sementara itu untuk tahun 2012, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6,0 persen yang didukung konsumsi dalam negeri dan investasi.
"Pertumbuhan diperkirakan akan sedikit melemah selama tahun berjalan karena terus berlanjutnya gejolak pada pasar keuangan internasional, lemahnya pertumbuhan dunia dan penurunan harga komoditas," kata Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Shubham Chaudhuri di Jakarta, Kamis.
Shubham mengatakan kemungkinan skenario yang lebih buruk masih tetap ada bagi lingkungan eksternal jangka pendek Indonesia dan potensi yang ada dapat menurunkan proyeksi global.
"Dampak dari skenario tersebut, walaupun bila terjadi pada paruh kedua tahun 2012, kemungkinan besar baru akan sepenuhnya dirasakan pada tahun 2013, namun dampak di sektor keuangan akan lebih cepat," ujarnya.
Laporan Triwulanan Bank Dunia yang diperoleh di Jakarta, Kamis, menyebutkan, risiko pada 2013 sebenarnya masih tetap tinggi dengan kemungkinan berlanjutnya masalah di Eropa serta masih adanya tantangan fiskal yang dihadapi oleh Amerika Serikat.
Jika terjadi kesulitan likuiditas yang lebih parah di pasar keuangan internasional maka akan mengakibatkan turunnya pertumbuhan perdagangan, penurunan harga komoditas dunia dan penurunan tingkat kepercayaan investor sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan menjadi 4,7 persen pada 2013.
Berdasarkan skenario dasar dimana krisis ditimbulkan oleh penurunan perekonomian global yang lebih parah sehingga berdampak pada hal yang utama, maka pertumbuhan Indonesia dapat turun ke 3,8 persen dengan dampak perlambatan yang dirasakan pada kegiatan domestik karena penurunan harga komoditas.
"Penurunan harga komoditas akan mengurangi pendapatan dan investasi," sebut laporan Bank Dunia itu.
Pada keadaan krisis yang parah, ada kemungkinan sentimen dunia usaha dan konsumen akan turun dengan drastis yang menyebabkan penurunan yang lebih dalam terhadap skenario-skenario pertumbuhan.
Namun menurut Bank Dunia, Indonesia telah membuat kemajuan yang berarti dalam persiapannya menghadapi krisis meskipun masih dibutuhkan pekerjaan lanjutan.
Misalnya, sudah ada perubahan terhadap APBN 2012 yang memberikan fleksibilitas bagi pemerintah untuk menyesuaikan belanja dan pembiayaan guna merespons krisis. Bank Indonesia (BI) pun dianggap semakin siap dalam menghadapi krisis, terkait pengelolaan likuiditas.
Sementara itu untuk tahun 2012, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6,0 persen yang didukung konsumsi dalam negeri dan investasi.
"Pertumbuhan diperkirakan akan sedikit melemah selama tahun berjalan karena terus berlanjutnya gejolak pada pasar keuangan internasional, lemahnya pertumbuhan dunia dan penurunan harga komoditas," kata Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Shubham Chaudhuri di Jakarta, Kamis.
Shubham mengatakan kemungkinan skenario yang lebih buruk masih tetap ada bagi lingkungan eksternal jangka pendek Indonesia dan potensi yang ada dapat menurunkan proyeksi global.
"Dampak dari skenario tersebut, walaupun bila terjadi pada paruh kedua tahun 2012, kemungkinan besar baru akan sepenuhnya dirasakan pada tahun 2013, namun dampak di sektor keuangan akan lebih cepat," ujarnya.